Rabu, 23 Desember 2015

SKALA PENGUKURAN ANGGOTA

.I.                   SKALA GUTTMAN

Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi, sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional. Skala Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale analysis) sangat baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut isi universal (universe of content) atau atribut universal (universe attribute).    Jadi, Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas dan konsisten Data yang diperoleh berupa data interval atau ratio dikotomi (dua alternative yang berbeda), Contoh:

1.      Yakin tau tidakkah anda, pergantian  Rektor akan dapat mengatasi persoalan dikampus?
a.       Yakin
b.      Tidak
2.      Apakah komentar anda, jika Rektorat sekarang turun?
a.       Setuju
b.      Tidak Setuju
3.      Pernahkan anda bertemu dengan Rektorat?
a.       Pernah
b.      Tidak Pernah

Kelemahan pokok dari Skala Guttman, yaitu:
1.       Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi dasar yang efektif baik intuk mengukur sikap terhadap objek yang kompleks atau pun untuk membuat prediksi tentang perilaku objek tersebut.
2.      Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal untuk satu kelompok tetapi ganda untuk kelompok lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan mempunyai dimensi ganda untuk waktu yang lain.

II.                SKALA DIFERENSIAL SEMANTIK
Skala Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantic berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti: Panas-dingin; baik tidak baik dsb. Karakteristik bipolar tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek, yaitu:
a.       Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu objek
b.      Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu objek
c.       Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan suatu objek
Contoh
Membosankan             ____:____:____:____:____               Menarik
Lambat                        ____:____:____:____:____               Cepat
Rendah                        ____:____:____:____:____               Tinggi
Buruk                          ____:____:____:____:____               Baik
Sulit                              ____:____:____:____:____               Mudah
  
III.             SKALA RATING SCALE
Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi (Depdikbud, 1975:55).Rating Scale adalah alat pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi ciriciri tingkah laku/sifat yang harus dicatat secra bertingka (Bimo Walgito, 1987).Rating Scale merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item (WS. Winkel,1995) .Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian Rating Scale adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.
Kegunaan Pemakaian Rating Scale
1.      Hasil observasi dapat dikuantifikasikan
2.      Beberapa pengamat menyatakan penilaiannya atas seorang siswa terhadap sejumlah alat/sikap yang sama sehingga penilaian-penilaian itu ( ratings ) dapat dikombinasikan untuk mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.

 Kesalahan-kesalahan dalam Rating Scale
1. Pengamat membuat generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang karena bergaul akrab dengan siswa yang harus dinilai atau karena sudah mempunyai pandangan tertentu terhadap lingkungan asal siswa ( personal bias ). Misalnya: guru di Yogyakarta memandang semua siswa yang berasal dari Jakarta sebagai orang yang bermoral bejat dan berlaku kasar ( personal bias : error of severity ). Contoh lain adalah guru yang bergaul akrab dengan siswa yang kebetulan kemenakannya sendiri, menilai semua butir dalam daftar pada gradasi baik ( personal bias : error of leniency ).
2. Pengamat tidak berani untuk memberikan penilaian sangat baik atau sangat kurang, dan karena itu menilai suatu item dalam daftar pada gradasi cukupan (error of central tendency ).
3. Pengamat membiarkan dirinya terpengaruh oleh penilaiannya terhadap satu dua sikap atau sifat yang dinilai sangat baik atau sangat kurang, sehingga penilaiannya terhadap item-item lain cenderung jatuh pula pada gradasi sangat baik atau sangat kurang ( hallo effect ). Misalnya bila guru sudah mempunyai kesan negatif terhadap seorang siswa ( A ) yang penampilannya kurang menarik dan kemudian memilih gradasi kurang pada item-item yang lain.
4. Pengamat tidak menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan kemudian mengartikannya menurut interprestasi sendiri ( logical error )
5. Pengamat kurang memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari jawaban terhadap butir yang lain ( carry over effect ).

Keterbatasan Rating Scale
1. Item-item pada skala penilaian diartikan lain-lain oleh mereka yang memberikan penilaian ( sangat subyektif )
2. Sifat atau sikap yang harus dinilai tidak dapat diamati atau diobservasi karena sifat atau sikap kurang tertuang dalam bentuk tingkah laku yang memungkinkan untuk diamati
( observable )atau kurang sempat mengadakan observasi.
3. Gradasi-gradasi pada masing-masing item dalam daftar tidak jelas, terlalu banyak atau terlalu sedikit.
4. Dibutuhkan banyak waktu untuk mengisi skala penilaian, banyak siswa dan mengolahnya satu persatu.

Kelebihan Rating Scale
1. Dapat diperoleh adanya tingkatan-tingkatan dari setiap sifat.
2. Memudahkan observer, karena hanya tinggal memberi tanda- tanda tertentu pada tingkatan sifat-sifat tertentu.
3. Observer tidak perlu memberikan evaluasi yang panjang lebar terhadap individu yang diamati.


IV.             SKALA CHECKLIST
Checklist atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Checklist dapat menjamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap kejadian sekecil apapun yang dianggap penting. Bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek sehingga pengamat tinggal memberikan cek ( √ ) pada setiap aspek tersebut sesuai hasil pengamatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar