. I.
SKALA GUTTMAN
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala
ini mempunyai ciri penting, yaitu merupakan skala kumulatif dan mengukur satu
dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi, sehingga skala ini termasuk
mempunyai sifat undimensional. Skala Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale analysis) sangat baik untuk
menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang
diteliti, yang sering disebut isi universal (universe of content) atau atribut universal (universe
attribute). Jadi, Skala Guttman ialah
skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas dan konsisten Data yang
diperoleh berupa data interval atau ratio dikotomi (dua alternative yang berbeda),
Contoh:
1. Yakin
tau tidakkah anda, pergantian Rektor
akan dapat mengatasi persoalan dikampus?
a. Yakin
b. Tidak
2. Apakah
komentar anda, jika Rektorat sekarang turun?
a. Setuju
b. Tidak
Setuju
3. Pernahkan
anda bertemu dengan Rektorat?
a. Pernah
b. Tidak
Pernah
Kelemahan
pokok dari Skala Guttman, yaitu:
1. Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi
dasar yang efektif baik intuk mengukur sikap terhadap objek yang kompleks atau
pun untuk membuat prediksi tentang perilaku objek tersebut.
2. Satu
skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal untuk satu kelompok tetapi ganda
untuk kelompok lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan mempunyai
dimensi ganda untuk waktu yang lain.
II.
SKALA DIFERENSIAL SEMANTIK
Skala
Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantic berisikan serangkaian
karakteristik bipolar (dua kutub), seperti: Panas-dingin; baik tidak baik dsb.
Karakteristik bipolar tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang
terhadap objek, yaitu:
a. Potensi,
yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu objek
b. Evaluasi,
yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu objek
c. Aktivitas,
yaitu tingkatan gerakan suatu objek
Contoh
Membosankan ____:____:____:____:____ Menarik
Lambat ____:____:____:____:____ Cepat
Rendah ____:____:____:____:____ Tinggi
Buruk ____:____:____:____:____ Baik
Sulit
____:____:____:____:____ Mudah
III.
SKALA RATING SCALE
Rating
Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam
observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi
(Depdikbud, 1975:55).Rating Scale adalah alat pengumpul data yang berupa
suatu daftar yang berisi ciriciri tingkah laku/sifat yang harus dicatat secra
bertingka (Bimo Walgito, 1987).Rating Scale merupakan sebuah daftar yang
menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item (WS.
Winkel,1995) .Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian Rating
Scale adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar
yang berisi tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang
harus dicatat secara bertingkat.
Kegunaan
Pemakaian Rating Scale
1.
Hasil observasi dapat dikuantifikasikan
2.
Beberapa pengamat menyatakan
penilaiannya atas seorang siswa terhadap sejumlah alat/sikap yang sama sehingga
penilaian-penilaian itu ( ratings ) dapat dikombinasikan untuk
mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.
Kesalahan-kesalahan dalam Rating Scale
1. Pengamat membuat
generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang karena bergaul akrab dengan
siswa yang harus dinilai atau karena sudah mempunyai pandangan tertentu
terhadap lingkungan asal siswa ( personal bias ). Misalnya: guru di Yogyakarta
memandang semua siswa yang berasal dari Jakarta sebagai orang yang bermoral
bejat dan berlaku kasar ( personal bias : error of severity ). Contoh lain
adalah guru yang bergaul akrab dengan siswa yang kebetulan kemenakannya sendiri,
menilai semua butir dalam daftar pada gradasi baik ( personal bias : error
of leniency ).
2.
Pengamat tidak berani untuk memberikan penilaian sangat baik atau sangat kurang,
dan karena itu menilai suatu item dalam daftar pada gradasi cukupan (error
of central tendency ).
3.
Pengamat membiarkan dirinya terpengaruh oleh penilaiannya terhadap satu dua sikap
atau sifat yang dinilai sangat baik atau sangat kurang, sehingga penilaiannya terhadap
item-item lain cenderung jatuh pula pada gradasi sangat baik atau sangat kurang
( hallo effect ). Misalnya bila guru sudah mempunyai kesan negatif
terhadap seorang siswa ( A ) yang penampilannya kurang menarik dan kemudian
memilih gradasi kurang pada item-item yang lain.
4.
Pengamat tidak menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan kemudian mengartikannya
menurut interprestasi sendiri ( logical error )
5.
Pengamat kurang memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari jawaban terhadap
butir yang lain ( carry over effect ).
Keterbatasan
Rating Scale
1.
Item-item pada skala penilaian diartikan lain-lain oleh mereka yang memberikan penilaian
( sangat subyektif )
2.
Sifat atau sikap yang harus dinilai tidak dapat diamati atau diobservasi karena
sifat atau sikap kurang tertuang dalam bentuk tingkah laku yang memungkinkan
untuk diamati
(
observable )atau kurang sempat mengadakan observasi.
3.
Gradasi-gradasi pada masing-masing item dalam daftar tidak jelas, terlalu
banyak atau terlalu sedikit.
4.
Dibutuhkan banyak waktu untuk mengisi skala penilaian, banyak siswa dan mengolahnya
satu persatu.
Kelebihan
Rating Scale
1.
Dapat diperoleh adanya tingkatan-tingkatan dari setiap sifat.
2.
Memudahkan observer, karena hanya tinggal memberi tanda- tanda tertentu pada tingkatan
sifat-sifat tertentu.
3.
Observer
tidak perlu memberikan evaluasi yang panjang lebar terhadap individu yang
diamati.
IV.
SKALA CHECKLIST
Checklist
atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
akan diamati. Checklist dapat menjamin bahwa peneliti mencatat tiap-tiap
kejadian sekecil apapun yang dianggap penting. Bermacam-macam aspek perbuatan
yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek sehingga pengamat tinggal memberikan
cek ( √ ) pada setiap aspek tersebut sesuai hasil pengamatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar