Minggu, 20 September 2020

BELAJAR PEDULI DARI SOSOK HEIDI

doc.pribadi


Judul Buku : HEIDI

Penulis : Johanna Spyri

Cetakan pertama, Januari 2010

Penerjemah : Leo Sabath

Penerbit : PT. Bentang Pustaka

ISBN : 978-979-1227-89-6

338 hlm



Bagi Paman Alm, Peter dan Nenek, kehadiran Heidi adalah keajaiban yang melengkapi warna hidup mereka. Kehadiran Heidi mencairkan kebekuan yang ada di Pegunungan Alpen. Bagaimana tidak, Paman Alm sendiri dikenal tidak punya perasaan. Lebih memilih menyendiri di atas gunung, bahkan Paman Alm pernah berkata bahwa ia sudah memusuhi Tuhan, sehingga ia tak pernah lagi kelihatan datang ke gereja.


Heidi sangat menikmati rumah baru dengan segala keindahan alamnya bagaikan lukisan pemandangan serta roti lezat dengan irisan daging dan keju yang dibuat sendiri dari susu kambing.


Namun, situasi seolah berputar balik, Heidi dipaksa untuk menjadi teman seorang gadis kecil bernama Klara di Frankfurt, Jerman oleh bibinya. Kehidupan Heidi pun berubah total, dari yang asalnya terbiasa dengan padang rumput kini harus dibiasakan di dalam rumah besar dengan gedung-gedung tingggi tanpa warna hijau menghampar.


Sanggupkah ia bertahan di Frankfurt? Apakah ia akan kembali pada Paman Alm dan menikmati kembali keindahan alam Dorfli?


"Tidakkah engkau mengerti bahwa ditempat ini pun kesedihan bisa menyelubungi mata kita dengan bayang-bayangnya sehingga orang tidak bisa benar-benar menikmati keindahan ini, dan hal itu membuatnya semakin sedih..."

(Hlm.229)


Cerita yang terkenal bahkan diterjemahkan ke berbagai bahasa dari akhir abad 19. Zaman kecil sempat membaca versi cerita bersambungnya di majalah bobo, beli dari bundelan majalah (mungkin sekarang hal seperti itu pasti langka). Setelah cari-cari ternyata ada versi film dan kartunnya, belum sempat nonton tapi sudah nonton sekilas. Membaca kisah ini telah mengajarkan tentang kepedulian dan kerja keras. Kepedulian dengan orang lain dan kerja keras untuk tidak mudah menyerah dalam belajar. Sedikit terharu dengan sikap Heidi yang peduli terhadap orang lain, bahkan disaat ditanya hadiah, ia meminta hadiah yang sifatnya untuk orang lain.


doc. pribadi





Minggu, 06 September 2020

TRADISI BETAWI DALAM CATATAN NOVEL KRONIK BETAWI



Tertarik dengan kata “Kronik”, yang bila diterjemahkan berarti catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Hal ini selaras dengan alur dari novelnya, diceritakan secara runut menceritakan keturunan Betawi dimulai setelah sumpah pemuda sebelum jepang datang hingga masa reformasi menjadi latar waktu dalam novel ini. Novel ini seperti sebuah biografi, bukan biografi seseorang, tapi biografi sesuatu, biografi sebuah kota dengan etnis aslinya yang semakin terpinggirkan oleh pendatang dan pembangunan.


Juned adalah seorang yatim piatu yang bekerja di peternakan sapi tuan Henk sebagai pengantar susu. Suatu hari dalam perjalanan mengantar susu hendak dirampok mendapat pertolongan Jiung yang punya ilmu. Ketika jepang datang tuan Henk kembali ke belanda dan memberikan sapinya ke Juned yang waktu itu sudah menikah dengan Ipah pembantu tuan Henk juga.

Mereka mempunyai 3 anak Jaelani yang meneruskan peternakan sapinya, Jakarsi dan Juleha. Sama sperti Juned, Jaelani menikah 2x bedanya Jaelani menikah setelah istrinya meninggal. Dengan istri pertama Rimah, Jaelani mempunyai 3 anak Japri, Juned, Enoh. Salomah istrinya keduanya mempunyai seorang anak Fauzan satu-satunya anak Jaelani yang berhasil lulus sarjana. Jakarsi menikah dengan Enden mempunyai seorang anak tunggal Eda yang bercita-cita menjadi penari yang go internasional. Juleha menikah dengan Jiih tidak dikarunia anak bahkan Jiih menikah lagi dengan janda kembang. Meskipun Juleha sakit hati tapi tetap bertahan bahkan menguatkan tetangganya yang suaminya selingkuh.


Kisah tentang Haji Jaelani, Haji Jarkasi dan Juleha. Ketiganya mewakili permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat Betawi pada umumnya. Jaelani mewakili kalangan masyarakat yang tanahnya terkena gusuran. Padahal tanah tersebut merupakan tanah warisan dari babehnya (ayahnya). Adiknya yaitu Jarkasi mewakili golongan masyarakat yang memiliki mata pencaharian pertunjukan gambang kromong . Akhirnya karena perkembangan zaman, pertunjukan semakin sepi orderan. Selain sepi mereka pun hanya dibayar seadanya. Sementara adik mereka, perempuan satu-satunya, Juleha, mewakili golongan perempuan Betawi yang mengalami poligami. Juleha mewakili perempuan Betawi yang menolak adanya anggapan bahwa para suami yang menikah lagi itu merupakan sebuah tradisi.


Novel yang cukup menarik dengan kalimat ceplas ceplosnya khas orang betawi. Ditambah bagian bagian dari percakapan dalam novel ini yang membuat saya tersenyum lebar, karena bahasa betawinya. Sudah sangat lama hampir 10 tahun lebih jarang mendengar lagi bahasa tersebut, semenjak aktivitas lebih banyak di Bandung. Pada awalnya pembaca mungkin bingung karena begitu banyaknya tokoh, bingung pada awalnya uniknya, begitu sampai ditengah tak perlu membolak balik, kita akan mulai mengerti sedikit demi sedikit menjadi sebuah kesatuan yang menarik dan unik.

Rating : 4/5

Judul Buku : KRONIK BETAWI
Penulis : Ratih Kumala
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Juni 2009
253 hlm
ISBN : 978 – 979 – 22 – 4678 –0
Baca melalui aplikasi Ipusnas