Tertarik dengan kata “Kronik”, yang bila diterjemahkan berarti catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Hal ini selaras dengan alur dari novelnya, diceritakan secara runut menceritakan keturunan Betawi dimulai setelah sumpah pemuda sebelum jepang datang hingga masa reformasi menjadi latar waktu dalam novel ini. Novel ini seperti sebuah biografi, bukan biografi seseorang, tapi biografi sesuatu, biografi sebuah kota dengan etnis aslinya yang semakin terpinggirkan oleh pendatang dan pembangunan.
Juned adalah seorang yatim piatu yang bekerja di peternakan sapi tuan Henk sebagai pengantar susu. Suatu hari dalam perjalanan mengantar susu hendak dirampok mendapat pertolongan Jiung yang punya ilmu. Ketika jepang datang tuan Henk kembali ke belanda dan memberikan sapinya ke Juned yang waktu itu sudah menikah dengan Ipah pembantu tuan Henk juga.
Mereka mempunyai 3 anak Jaelani yang meneruskan peternakan sapinya, Jakarsi dan Juleha. Sama sperti Juned, Jaelani menikah 2x bedanya Jaelani menikah setelah istrinya meninggal. Dengan istri pertama Rimah, Jaelani mempunyai 3 anak Japri, Juned, Enoh. Salomah istrinya keduanya mempunyai seorang anak Fauzan satu-satunya anak Jaelani yang berhasil lulus sarjana. Jakarsi menikah dengan Enden mempunyai seorang anak tunggal Eda yang bercita-cita menjadi penari yang go internasional. Juleha menikah dengan Jiih tidak dikarunia anak bahkan Jiih menikah lagi dengan janda kembang. Meskipun Juleha sakit hati tapi tetap bertahan bahkan menguatkan tetangganya yang suaminya selingkuh.
Kisah tentang Haji Jaelani, Haji Jarkasi dan Juleha. Ketiganya mewakili permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat Betawi pada umumnya. Jaelani mewakili kalangan masyarakat yang tanahnya terkena gusuran. Padahal tanah tersebut merupakan tanah warisan dari babehnya (ayahnya). Adiknya yaitu Jarkasi mewakili golongan masyarakat yang memiliki mata pencaharian pertunjukan gambang kromong . Akhirnya karena perkembangan zaman, pertunjukan semakin sepi orderan. Selain sepi mereka pun hanya dibayar seadanya. Sementara adik mereka, perempuan satu-satunya, Juleha, mewakili golongan perempuan Betawi yang mengalami poligami. Juleha mewakili perempuan Betawi yang menolak adanya anggapan bahwa para suami yang menikah lagi itu merupakan sebuah tradisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar