Minggu, 29 April 2018

TOTTO CHAN SELALU DI HATI


Tiada seindah selain menyelam kata bersama ratusan kalimat sang penyair membuat kita memiliki dunia sendiri ketika sedang membaca sebuah karya satra entah sastra fiksi maupun non fiksi. Dari sekian ratus karya yang pernah saya baca novel Totto Chan – Gadis Cilik di Jendela karya dari Tetsuko Kuroyanagi menempati porsi besar di hati saya dalam hal favorit.

Ketika di masa sekarang informasi sudah didampingi oleh teknologi dimana bisa mengetahui novel apa yang sedang kekinian atau review buku tersebut bagus atau tidak. Di masa saya menemukan novel totto chan adalah sebuah ketidak sengajaan ketika ingin menyewa buku di daerah kampus IPB daerah Dermaga (sekarang sudah tidak ada). Di hari itu tepatnya tahun 2008 entah mengapa berapa kali melihat-lihat buku mata saya selalu tertuju pada buku cover putih bergambar anak kecil karena saya percaya pada insting cinta pada pandangan pertama ketika memilih buku akhirnya novel itu saya baca. Seperti halnya narkoba yang memiliki pengaruh ketergantungan hingga saya berulang kali meminjam sampai aa penjaga bertanya “pinjem lagi kakak?” dengan tanpang heran.

Hingga akhirnya 2009 saya berpindah ke Bandung entah kenapa ketika masuk ke jurusan kuliah pilihan ke dua setelah satu semester mempelajari mata kuliah seperti halnya ada yang nyambung dengan novel totto chan (FYI saya kuliah jurusan Pendidikan Luar Sekolah UPI Bandung yang sekarang berganti nama menjadi jurusan Pendidikan Masyarakat). Perlu waktu lama hingga tahun 2013 hingga akhirnya saya memiliki buku tsb, alasan sederhana dulu saya masih suka pinjem ke beberapa orang untuk mengobati rasa kangen saya terhadap buku tersebut.

Doc Pribadi


Judul        : Totto Chan – Gadis Cilik di Jendela
Penulis      : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit    : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman    : 272 Halaman
Terbit       : Cetakan ketiga belas Januari 2013
ISBN        : 978 – 979 – 2 – 3655 – 2

Apa yang membuat saya menyukai buku totto chan? Pada awalnya saya begitu candu membaca buku tsb hanyalah karena kisah sederhana yang begitu sarat makna. Dimana tidak semua tempat pendidikan formal terkadang masih memandang anak istimewa dalam hal sikap sebagai sebuah hal postif hal inipun yang saya alami selama di sekolah. Saya memiliki kemampuan lebih dalam hal pendapat terhadap hal yang perlu dipertanyakan tetapi selalu dibatasi oleh waktu dan bahkan dialihkan yang parahnya kadang berpengaruh terhadap nilai. Kemampuan lama berbicara saya pun seolah-olah seperti anak yang terlalu banyak komentar dan julukan cerewet selalu tersemat kepada saya. Sehingga ketika akhirnya saya memutuskan untuk menjadi pengajar ketika menghadapi anak istimewa dan unik terkadang mendalami sudut pandang sang anak karena tidak ingin salah dalam mengambil tindakan.

Sama halnya seperti totto chan, Kepolosan dan keceriaan Totto-chan tidak menjadikannya putus asa manakala ia dikeluarkan dari sekolahnya, sebuah Sekolah Dasar konvensional yang kurang cocok dengan anak-anak luar biasa sepertinya. Totto-chan memiliki rasa ingin tahu yang besar dan jiwa sosial yang besar pula, makanya ia suka berinteraksi dengan orang meskipun tidak dikenalnya seperti penjaga karcis di stasiun kereta, pemusik jalanan, dan bahkan dengan anjingnya, Rocky. Kali lain, ketika ia diam-diam hendak mengundang Yasuaki-chan — temannya yang menderita polio – untuk memanjat pohon yang dianggap sebagai miliknya. Semua itu ia lakukan dengan semangat dan ketulusan seorang gadis cilik yang dididik dengan baik oleh sang Mama dan Papa yang hebat. Biar bagaimanapun pendidikan keluargalah yang membentuk karakter anak.

Tokoh yang begitu penting dalam kehidupan Totto-chan yakni kepala sekolah, Pak Susaku Kobayashi. Pertemuan pertamanya sebagai calon murid begitu membekas di hati gadis cilik itu, ketika sang kepala sekolah tulus memberikan perhatian terhadap ceritanya selama empat jam tanpa terlihat bosan di mata Totto-chan. Itulah awal fase pendidikan Totto-chan di sekolah Tomoe Gakuen. Kepala sekolah selalu menanamkan nilai positif dan meyakinkan Totto-chan bahwa ia benar-benar(dengan penekanan) anak yang baik, dalam arti meyakini dan meyakinkan Totto-chan bahwa betapa pun ajaibnya perilaku gadis cilik itu, dan sebagian orang mungkin menilainya nakal, ia adalah anak yang baik dan pantas untuk mendapat pendidikan terbaik.

Salah satu bagian paling berkesan dari buku Totto Chan adalah ketika Totto-chan benar-benar memikirkan tentang cita-citanya di masa mendatang berkat inspirasi dari Tai-chan yang disukainya. Ia menemui kepala sekolah dan menyatakan secara dewasa bahwa kelak ia akan menjadi guru di Tomoe. Cita yang menjadi janji namun hangus terbakar kobaran api perang yang pada masa tahun tersebut sedang dilanda perang dunia. Namum begitu, impiannya untuk terjun dalam dunia pendidikan tidak pudar sedikit pun hingga akhirnya buku ini bisa terbit bahkan di luar negara asalnya untuk mengenang Sang Kepala Sekolah Susaku Kobayashi.

Membaca Totto-chan membuat saya belajar banyak tentang filosofi pendidikan, metodologi belajar, tumbuh kembang anak yang semua itu menghasilkan perpaduan yang indah bagi pembangunan memanusiakan manusia.

Buku Totto Chan menggunakan sudut pandang anak kecil kelas 1 SD, begitu sederhana sehingga tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Menurut saya Tetsuko Kuroyanagi melakukan pekerjaan hebat. Ia mampu mendeskripsikan semua paradigma anak kecil yang penuh dengan imajinasi. Cerita-Cerita sederhana menjadi lebih menarik jika kita melihat ke dalam mata anak kecil dan menjadi tamparan halus bagi para penggiat pendidikan terutama para pendidik (khususnya saya yang saat ini sedang menjadi guru di pendidikan formal)

Banyak pesan-pesan yang sangat istimewa yang ditunjukkan bagi orang-orang dewasa untuk lebih memahami sudut pandang anak kecil. Walaupun orang-orang dewasa memiliki kuasa penuh atas anak kecil, tapi akan sangat bagus seandainya berusaha menjadi orang dewasa yang baik dan tidak menilai benar salah apa yang dilakukan anak-anak kecil.

Dengan pemahaman yang benar, generasi penerus bangsa akan mampu berkembang dengan baik. Hanya jika kita, para orang dewasa, mau meluangkan sedikit waktu untuk belajar bagaimana anak kecil bertindak dan apa yang mereka pikirkan.

Ada beberapa tips dari saya untuk mengenali buku favorit yang dimiliki oleh teman-teman berdasarkan pengalaman saya
1.    Buku yang selalu ingin dibaca walaupun sudah berkali-kali dibaca
2.   Terlalu sayang untuk dipinjam ke orang sama halnya seperti hati yang tak ingin dibagi
3.   Membacanya seolah-olah kita menjadi tokoh dalam buku tersebut
4.   Tak banyak alasan pokoknya berkesan sampai jadi favorit kita

Apa buku favorit kalian?

Doc Pribadi






Minggu, 22 April 2018

AKU DAN MEMBACA


Di beberapa artikel yang saya baca dalam upaya untuk mendorong kecintaan atau minat membaca seseorang harus dibuat tertarik untuk membaca terlebih dahulu. Ibaratnya seperti dalam menjalin hubungan dengan pasangan haruslah jatuh cinta pada pandangan pertama. Untuk itu pada umumnya sebaiknya memulai dengan memperkenalkan membaca buku yang menarik terutama sejak dini seperti yang saya rasakan

Sumber : http://thayyiba.com

Ada pepatah mengatakan sebaik-baiknya seribu nasihat tiada sebenar satu teladan, saya termasuk tipe yang akan menuruti perintah seseorang dengan melihat keteladanan orang tersebut. Membaca merupakan keteladanan yang saya dapatkan dari ibu saya, beliau sangat addict dalam membaca. Karya semacam novel 200-300 halaman bisa dibaca dalam seharian itupun diselingi dengan aktivitas rumah tangga. Sehingga ketika dibiasakan berlangganan majalah bobo pada masa SD berlanjut membaca komik lalu menanjak dewasa membaca karya fiksi dan non fiksi. Untuk saat ini saya belum berlanggangan kembali majalah/koran efek bila melihat informasi tinggal membuka mbah google

Pada kisah sebelumnya pernah saya ceritakan tentang bagaimana saya menikmati aktivitas membaca, bisa di baca di http://simiati257.blogspot.co.id/2017/03/tips-menikmati-aktivitas-membaca.html

Ada satu tambahan lagi dalam menikmati aktivitas membaca perlu adanya teman dalam senang membaca dengan bergabung dalam komunitas membaca. Pernah ada wacana dengan teman untuk medisiplinkan diri dalam membaca tetapi akhirnya tak terlaksana karena tidak ada motivasi sehingga membaca hanya menjadi konsumsi pribadi yang terkadang di share pada sosmed yang bersifat quote atau hal yang menarik pada buku tsb. 

Hingga akhirnya tanpa sengaja saya membaca postingan kakak saya sedang mengikuti gerakan satu minggu satu buku lalu kepo dan stalking gerakan tersebut dan cukup menarik akhirnya saya ikutilah gerakan itu. Manfaat yang saya rasakan dalam membaca bukan hanya sekedar me time semata dan kebiasaaan saja tapi ada motivasi dimana bisa share ke orang lain review buku tsb dan positifnya mengajak orang lain untuk membaca.

Sumber : Instagram Gerakan_OneWeekOneBook


Sekedar informasi  hingga saat ini buku yang saya buku masih dalam bentuk buku (muter2 ih) maksudnya ga ebook atau aplikasi online. Antara males dan memang sedang mengurangi addict dengan pegang hape karena hettic dengan kerjaan dan bisnis. Buku- buku yang saya miliki pada umumnya semua memiliki label sebagai identitas agar tidak hilang ataupun kalau minjem rada malu yang pegang jadi harus dikembalikan. Kisah tentang label buku ada pada kisah blog sebelumnya, kisahnya ada disini http://simiati257.blogspot.co.id/2016/11/bukuku-bukan-bukumu.html

Ada yang masih belum senang dengan aktivitas membaca?
Coba aja dulu jangan kaya minyak kayu putih merk itu aja yang dicoba-coba buku juga mulai dicoba siapa tau ketagihan. 

“Dengan membaca engkau bisa menjelajahi dunia tanpa perlu meninggalkan kursimu”
(Sherry K.Plummer)