Tiada seindah selain menyelam kata bersama
ratusan kalimat sang penyair membuat kita memiliki dunia sendiri ketika sedang
membaca sebuah karya satra entah sastra fiksi maupun non fiksi. Dari sekian
ratus karya yang pernah saya baca novel Totto Chan – Gadis Cilik di Jendela
karya dari Tetsuko Kuroyanagi menempati porsi besar di hati saya dalam hal
favorit.
Ketika di masa sekarang informasi sudah
didampingi oleh teknologi dimana bisa mengetahui novel apa yang sedang kekinian
atau review buku tersebut bagus atau tidak. Di masa saya menemukan novel totto
chan adalah sebuah ketidak sengajaan ketika ingin menyewa buku di daerah kampus
IPB daerah Dermaga (sekarang sudah tidak ada). Di hari itu tepatnya tahun 2008
entah mengapa berapa kali melihat-lihat buku mata saya selalu tertuju pada buku
cover putih bergambar anak kecil karena saya percaya pada insting cinta pada
pandangan pertama ketika memilih buku akhirnya novel itu saya baca. Seperti
halnya narkoba yang memiliki pengaruh ketergantungan hingga saya berulang kali
meminjam sampai aa penjaga bertanya “pinjem lagi kakak?” dengan tanpang heran.
Hingga akhirnya 2009 saya berpindah ke
Bandung entah kenapa ketika masuk ke jurusan kuliah pilihan ke dua setelah satu
semester mempelajari mata kuliah seperti halnya ada yang nyambung dengan novel
totto chan (FYI saya kuliah jurusan Pendidikan Luar Sekolah UPI Bandung yang
sekarang berganti nama menjadi jurusan Pendidikan Masyarakat). Perlu waktu lama
hingga tahun 2013 hingga akhirnya saya memiliki buku tsb, alasan sederhana dulu
saya masih suka pinjem ke beberapa orang untuk mengobati rasa kangen saya
terhadap buku tersebut.
Doc Pribadi
Judul :
Totto Chan – Gadis Cilik di Jendela
Penulis :
Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 272
Halaman
Terbit :
Cetakan ketiga belas Januari 2013
ISBN :
978 – 979 – 2 – 3655 – 2
Apa yang membuat saya menyukai buku totto
chan? Pada awalnya saya begitu candu membaca buku tsb hanyalah karena kisah
sederhana yang begitu sarat makna. Dimana tidak semua tempat pendidikan formal
terkadang masih memandang anak istimewa dalam hal sikap sebagai sebuah hal
postif hal inipun yang saya alami selama di sekolah. Saya memiliki kemampuan
lebih dalam hal pendapat terhadap hal yang perlu dipertanyakan tetapi selalu
dibatasi oleh waktu dan bahkan dialihkan yang parahnya kadang berpengaruh
terhadap nilai. Kemampuan lama berbicara saya pun seolah-olah seperti anak yang
terlalu banyak komentar dan julukan cerewet selalu tersemat kepada saya. Sehingga
ketika akhirnya saya memutuskan untuk menjadi pengajar ketika menghadapi anak
istimewa dan unik terkadang mendalami sudut pandang sang anak karena tidak
ingin salah dalam mengambil tindakan.
Sama halnya seperti totto chan, Kepolosan dan
keceriaan Totto-chan tidak menjadikannya putus asa manakala ia dikeluarkan dari
sekolahnya, sebuah Sekolah Dasar konvensional yang kurang cocok dengan
anak-anak luar biasa sepertinya. Totto-chan memiliki rasa ingin tahu yang besar
dan jiwa sosial yang besar pula, makanya ia suka berinteraksi dengan orang meskipun
tidak dikenalnya seperti penjaga karcis di stasiun kereta, pemusik jalanan, dan
bahkan dengan anjingnya, Rocky. Kali lain, ketika ia diam-diam hendak
mengundang Yasuaki-chan — temannya yang menderita polio – untuk memanjat pohon
yang dianggap sebagai miliknya. Semua itu ia lakukan dengan semangat dan
ketulusan seorang gadis cilik yang dididik dengan baik oleh sang Mama dan Papa
yang hebat. Biar bagaimanapun pendidikan keluargalah yang membentuk karakter
anak.
Tokoh yang begitu penting dalam kehidupan
Totto-chan yakni kepala sekolah, Pak Susaku Kobayashi. Pertemuan pertamanya sebagai
calon murid begitu membekas di hati gadis cilik itu, ketika sang kepala sekolah
tulus memberikan perhatian terhadap ceritanya selama empat jam tanpa terlihat
bosan di mata Totto-chan. Itulah awal fase pendidikan Totto-chan di sekolah
Tomoe Gakuen. Kepala sekolah selalu menanamkan nilai positif dan meyakinkan
Totto-chan bahwa ia benar-benar(dengan penekanan) anak yang baik, dalam arti
meyakini dan meyakinkan Totto-chan bahwa betapa pun ajaibnya perilaku gadis
cilik itu, dan sebagian orang mungkin menilainya nakal, ia adalah anak yang
baik dan pantas untuk mendapat pendidikan terbaik.
Salah satu bagian paling berkesan dari buku
Totto Chan adalah ketika Totto-chan benar-benar memikirkan tentang cita-citanya
di masa mendatang berkat inspirasi dari Tai-chan yang disukainya. Ia menemui
kepala sekolah dan menyatakan secara dewasa bahwa kelak ia akan menjadi guru di
Tomoe. Cita yang menjadi janji namun hangus terbakar kobaran api perang yang
pada masa tahun tersebut sedang dilanda perang dunia. Namum begitu, impiannya
untuk terjun dalam dunia pendidikan tidak pudar sedikit pun hingga akhirnya
buku ini bisa terbit bahkan di luar negara asalnya untuk mengenang Sang Kepala
Sekolah Susaku Kobayashi.
Membaca Totto-chan membuat saya
belajar banyak tentang filosofi pendidikan, metodologi belajar, tumbuh kembang
anak yang semua itu menghasilkan perpaduan yang indah bagi pembangunan
memanusiakan manusia.
Buku Totto Chan menggunakan sudut
pandang anak kecil kelas 1 SD, begitu sederhana sehingga tidak butuh waktu lama
untuk menyelesaikannya. Menurut saya Tetsuko Kuroyanagi melakukan pekerjaan
hebat. Ia mampu mendeskripsikan semua paradigma anak kecil yang penuh dengan
imajinasi. Cerita-Cerita sederhana menjadi lebih menarik jika kita melihat ke
dalam mata anak kecil dan menjadi tamparan halus bagi para penggiat pendidikan
terutama para pendidik (khususnya saya yang saat ini sedang menjadi guru di
pendidikan formal)
Banyak pesan-pesan yang sangat istimewa
yang ditunjukkan bagi orang-orang dewasa untuk lebih memahami sudut pandang anak
kecil. Walaupun orang-orang dewasa memiliki kuasa penuh atas anak kecil, tapi
akan sangat bagus seandainya berusaha menjadi orang dewasa yang baik dan tidak
menilai benar salah apa yang dilakukan anak-anak kecil.
Dengan pemahaman yang benar,
generasi penerus bangsa akan mampu berkembang dengan baik. Hanya jika kita,
para orang dewasa, mau meluangkan sedikit waktu untuk belajar bagaimana anak
kecil bertindak dan apa yang mereka pikirkan.
Ada beberapa tips dari saya untuk
mengenali buku favorit yang dimiliki oleh teman-teman berdasarkan pengalaman
saya
1.
Buku yang selalu ingin
dibaca walaupun sudah berkali-kali dibaca
2.
Terlalu sayang untuk
dipinjam ke orang sama halnya seperti hati yang tak ingin dibagi
3.
Membacanya seolah-olah
kita menjadi tokoh dalam buku tersebut
4.
Tak banyak alasan
pokoknya berkesan sampai jadi favorit kita
Apa buku favorit kalian?
Doc Pribadi
Toto Chan juga tetep buku favorit saya sampe kapan puuun
BalasHapus