Tepat satu tahun saya bersama lelaki yang mungkin tak pernah dibayangkan menjadi iman saya. Tepat di hari itu saya kembali mengingat berbagai hal yang kami lalui selama satu tahun ini
Doc pribadi
Kembali mengingat
Masa dimana akhirnya terucap ijab qobul dengan satu helaan nafas dengan lancar tanpa ulang bahkan tak perlu dibantu oleh kertas apabila demam panggung melanda. Maka tepat di waktu itupun ridho dan surgaku berpindah dari aba kepada yang ku sebut suamiku
Doc pribadi
Kembali mengingat
Bahwa untuk sampai ke titik dimana kami akhirnya menikah bukanlah hal mudah. Kami dipertemukan dalam lingkup organisasi yang dimana bisa dikatakan tercatat anggota aktif dan tokoh utama dalam angkatan (FYI saya adalah adik tingkat beda dua angkatan). Cibiran, julid, omongan nyinyir bahkan diramal bahwa kami tak langgeng sudah makanan sehari2 disamping nasi tentunya. Akhirnya kamipun tertawa krn sebuah hukum alam berlaku seperti layaknya boomerang yang membicarakan akhirnya dibicarakan.
Kembali mengingat
Ada anggapan umum ketika kita menikah akan terlihat siapa yang peduli dan perhatian dengan kita terutama ketika persiapan. Itupun yang akhirnya saya alami, selama persiapan ketika ada di posisi terendah suka mikir ko orang2 gini banget ya ke saya lagi dibutuhin pd susah dan banyak alasan toh dalam moment apapun saya ringan tangan dan loyalitas tiada akhir. Tapi masa2 itu dinikmati aja paling nangis aja sesengukan di kamar kosan yang penting kelihatan bahagia dan tetap tenang dimata orang lain
Kembali mengingat
Bahagia kami sederhana ditengah kerumitan akan hantu akhir bulan bagi anak rantau dengan berbagi bersama dalam makan bersama di warteg, warung pecel atau spot2 UPI Bandung yang bisa pakai duduk tanpa perlu membayar tiket masuk krn merasa sudah membayar spp. Bahagia itu sederhana hanya perlu manusia yang menyederhanakan definisi bahagianya
Kembali mengingat
Ketika hampir sebagian pasangan merayakan anniversary dengan sebuah moment yang wow, bagi kami cukup dengan mengingat kembali masa indah ketika pacaran dengan makan di warung pecel lele. Ketika dahulu kami sama2 punya limit waktu makan, saya yang apabila pulang malam akan dimarahi para mbah2 (selama kuliah di Bandung saya menumpang hidup dengan orang tua dari Umi). Dia berpacu pada gerbang kosannya yang akan digembok. Sebagai yang berpasangan lama (7 tahun pacaran) kami harus menjaga dengan baik gaya pacaran agar nanti tidak ahhhh begitulah jadi waktu our time selama pacaran ya makan malam bersama di warung pecel lele deket koramil gerlong. Pasti bedalah ketika makan sudah menikah dan sebelum menikah ya mending makan dirumah secara kenyamanan saat makan dan kalaupun memang keluar rumah ga akan ada yang protes kalo pulang kemaleman toh pulangnya pun bersama suami caelahh
Doc pribadi
Ini menu standar sy kalau ke warung pecel lele
Doc pribadi
Ini menu standar suami kalo makan di pecel lele
Kembali mengingat
Selama setahun menjalani pernikahan pertanyaan paling menghantui ya "sudah isi" yang ingin rasanya ku teriak dan berkata kasar. Paling standar ya dijawab belum dikasih mohon doanya, ini kalau lagi bijak dan rada males jawab. Kalau lagi mood rada baik suka dibercandain dengan jawaban isi lemak atau tuh suami yang berisi (bucitrek maksudnya). Percayalah yang sampai saat ini belum diberikan amanah keturunan bukannya ga mau tapi memang belum diberi kesempatan jadi doakan saja atau sarankan cara bukan menghakimi.
Kembali mengingat
Bahwa hidup sudah ada takdirNya masing-masing sebagai manusia kita hanya bisa berusaha, pasrah dan berdoa.
"Bahagia itu sederhana hanya perlu manusia yang menyederhanakan definisi bahagianya."
Apa yang sedang diingat kalian?
*Walaupun sudah lewat dari tanggal aniv tapi sengaja dituliskan sebagai bentuk hadiah yang terdokumentasikan krn tipe orangnya ga suka diucap-ucapin dan dirayakan*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar