Rabu, 01 Februari 2012

Manfaat Outbond Merangsang Perkembangan Mental Dan Sosial Pada Remaja


Outbound atau Management Outbound tidak lain merupakan pelatihan menejemen diri yang memadukan olah pikir, rasa, dan raga. Dan diadakan dialam terbuka dan dikondisikan diluar kebiasaan. “ Seperti orang yang bekerja meningalkan kebiasaanya berada, berfikir dan berbuat. Kemudian ia menganti cara berfikir dan cara berbuat tersebut untuk mendapatkan hal- hal yang baru,”

Tujuan Pelatihan Out Bound

Tujuan utama kegiatan pelatihan ini adalah melatih para peserta untuk mampu menyesuaikan diri (adaptasi) dengan perubahan yang ada dengan membentuk sikap professionalisme para peserta yang didasarkan pada perubahan dan perkembangan traits (sifat mendasar) dari individu yang meliputi aspek trust, belief, dan komitmen serta kinerja yang diharapkan akan semakin lebih baik. Sikap dan perilaku professionalisme seperti ini.

Manfaat Outbond

1.      Membuka pikiran
2.      Belajar dari pengalaman
3.      Transfer sikap mental, ilmu, praktek dan kemampuan
4.      Dilakukan di alam bebas
5.      Meningkatkan ketahanan fisik dan mental
6.      sarana untuk meng eksplorasi diri
7.      pengembangan diri( tim kerja dan pimpinan)
8.      Sarana untuk Introspeksi dan kontemplasi diri
9.      proses pengenalan diri
10.  mengasah kecerdasan IES dan menyelaraskan keseimbangan IES(Intelektual, emosi  dan spiritual)
11.  pembentukan karakter
12.  Mengenal Tuhan dan Ciptaannya dengan meningkatkan ketakwaan dan keimanan
13.  saran penyegaran emosi
14.  Terapi trauma
15.  tanggung jawab sosial
16.  penyelesaian masalah individu dan perusahaan
17.  keharmonisan dan kebahagiaan rumah tangga
18.  dan Menjadi sukses dan bahagia.

Pelatihan Out Bound ini merupakan penyegaran jiwa bagi para peserta setelah sekian waktu bergelut dengan tugas-tugas rutinitas setiap hari. Peserta Management Outbound Training akan mengalami refreshing 3 in 1, yaitu refreshing yang disertai dengan :

1.      Berbagai games yang kreatif dan menyenangkan,
2.      Point plus melalui debrief Value dari setiap games,
3.      Motivasi dan kesatuan sebagai team.

Kebersamaan dalam program Pelatihan Out Bound ini akan memberi motivasi dan keharmonisan hubungan bagi setiap peserta, sehingga peserta akan kembali ke pekerjaan dengan suasana baru yang lebih antusias dan produktif.

Outbound Training team building ini akan menstimulasi setiap peserta dalam memiliki motivasi tinggi untuk membangun sebuah team. Peserta Management Outbound Training akan mendapat pemahaman bagaimana proses dan respon yang harus diambil dalam mewujudkan ‘The Dream Team’. Melalui Out Bound Training team building ini peserta akan menyadari betapa dahsyat dan luar biasa kekuatan sebuah team yang solid dan antusias! Mereka akan memahami bahwa perbedaan yang menjadi potensi bagi munculnya suatu konflik, ternyata dapat dikelola dan diubah menjadi suatu sinergi aset kekayaan tim.

TAHAPAN OUTBOND

Tahapan proses belajar di out bound mempunyai empat tahapan, dimana para peserta diajak permainan tertentu yang kita sebut experience, setelah tahap experience, mereka mendiskusikan manfaat permainan itu dalam kelompok kecil (processing), dan menyimpulkannya dari hal yang kecil ke hal- hal yang besar (generalizing), selanjutnya mereka merefleksikannya dan menerapkan pengalaman itu dalam sistem kerja kehidupan mereka.

Sumber Referensi:
http://artikellama.blogspot.com/2010/06/manfaat-outbond-merangsang perkembangan.html

DINAMIKA KELOMPOK

DINAMIKA KELOMPOK
Iwan Purnawan, S.Kep.,Ns.        
A.Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika  berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok  adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. Maka Dinamika Kelompok  merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
B.Fungsi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
 1.Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup. (Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
2.Memudahkan segala pekerjaan.  (Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
 3.Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.  (pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
 4.Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)

 C.Jenis Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Tujuan Pembelajaran: Setelah dilakukan proses pembelajaran selama 2x50 menit maka diharapkan mahasiswa mampu:
1.Menjelaskan pengertian dinamika kelompok
2.Menjelaskan  fungsi dinamika kelompok
3.Menjelaskan jenis kelompok sosial
4.Menjelaskan ciri kelompok sosial
 5.Menjelaskan proses pembentukan
 6.Menjelaskan tahap tumbuh kembang kelompok
 7.Menjelaskan keunggulan dan kelemahan dalam kelompok
 8.Menjelaskan pentingnya dinamika kelompok dalam keperawatan
Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara lain:
1.Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan. Sedangkan menurut Goerge Homan,kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. 
Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.
 2.Kelompok Sekunder Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
3.Kelompok Formal Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART. 
4.Kelompok Informal Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan, ........................................
D.Ciri Kelompok Sosial Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.Memiliki motive yang sama antara individu satu dengan yang lain. (menyebabkan interkasi/kerjasama  untuk mencapai tujuan yang sama)
2.Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain (Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)
3.Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing
4.Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
E.Pembentukan Kelompok 
Pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memanuhi kebutuhannya. Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan  membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik).  Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.  Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
1.Persepsi Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih
Perasaan,Motivasi,Tujuan,Interakasi,Pembentukan,Perpecahan. Penyesuaian,Perubahan baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota  lainnya.
2.Motivasi Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.
3.Tujuan Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
4.Organisasi Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.
5.Independensi Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
6.Interaksi Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.

F.Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah sebagai berikut:
1.Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan baik bila:
a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru
b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan dinamika kelompok tersebut.
c) Setiap anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian tujuan Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk:
a) menunda kepuasan dan melepaskan  ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama
b) membina dan memperluas pola 5
c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya. Selain hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara lain
1.Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan, diawali dengan adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. Kemudian hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
2. Tahap fungsional
Ditandai dengan adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
3.Tahap disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan kelopok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok. Tidak ada kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan pembubaran kelompok.
G.Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok tersebut.
1.Kelebihan Kelompok
Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain. Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi tercapainya tujuan kelompok Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan norma yang telah disepakati kelompok.
2.Kekurangan Kelompok
Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.
H.Pentingnya Dinamika Kelompok dalam Perawatan
Profesi Keperawatan merupakan bagian dari profesi kesehatan yang anggotanya terdiri atas perawat dalam satu ikatan profesi yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama dalam bidang keperawatan  Profesi keperawatan terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok perawat  yang memiliki tradisi, norma, prosedur dan aktivitas yang sama. Setiap anggota saling tergantung satu dengan yang lain karena saling membutuhkan bantuan. Setiap anggota profesi memiliki ciri-ciri yang berbeda dan dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a)      Anggota Psikologis Secara psikologis memiliki minat untuk berpartisifasi dalam kelompok norma
b)      Anggota Marginal Kelompok menerima baik keanggotaannya tetapi bersikap menjauh  atau tidak ingin terlalu terlibat dalam kelompoknya.
c)       Anggota Pemberontak Anggota kelompok yang bersikap menentang dan tidak bersedia menerima norma yang ada. 

Sumber:

Patologi Sosial:Gangguann Jiwa

Pengertian Penyakit Gangguan Jiwa
Kita mudah sekali mengklaim seseorang menderita gangguan jiwa. Padahal, definisi gangguan jiwa cukup rumit. Dalam klasifikasi yang dipakai di Indonesia, Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa, terdapat lebih dari seratus penyakit akibat gangguan jiwa.
Penggolongan ini penting karena tiap jenis gangguan mempunyai cara pengobatan tersendiri. Contoh gangguan jiwa adalah gangguan jiwa seriusseperti skizofrenia dan maniak depresif serta ansietas (kecemasan) dan depresi. Sebenarnya dalam tiap jenis gangguan terdapat variasi yang luas, dari yang ringan hingga yang berat, sehingga penyebutan untuk semua jenis gangguan jiwa dapat membuat salah pengertian dan menyesatkan.
Gangguan jiwa dapat memengaruhi fungsi kehidupan seseorang. Aktivitas penderita, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan gangguan jiwa apa pun harus segera mendapatkan pengobatan. Keterlambatan pengobatan akan semakin merugikan penderita, keluarga, dan masyarakat.
Gangguan jiwa dalam berbagai bentuk adalah penyakit yang sering dijumpai pada semua lapisan masyarakat. Penyakit ini dialami oleh siapa saja, bukan hanya mereka yang mapan. Prevalensi gangguan jiwa di negara sedang berkembang dan negara maju relatif sama.
Munculnya beragam pandangan keliru atau stereotip di masyarakat. Penderita gangguan jiwa sering digambarkan sebagai individu yang bodoh, aneh, berbahaya, dan terbelakang. Hal ini tentu akan melahirkan sikap keliru. Padahal, sebagai orang sakit, tentu penderita mengharapkan perhatian, kasih sayang, dan lainnya. Sayangnya, karena pandangan yang salah ini masyarakat akhirnya lebih mengolok-olok penderita, menjauhinya, bahkan sampai memasung karena menganggapnya berbahaya. Meski upaya ini tidaklah mudah, kepedulian tetap harus digalang. Sebab, mereka juga manusia yang memiliki hati dan perasaan.



Faktor-Faktor Gangguan Jiwa
Sampai saat ini belum diketahui penyebab (etiologi) yang pasti yang menyebabkan seseorang Menderita skizofrenia, Beberapa factor yang diduga menjadi penyebab sikozofrenia antara lain
1.      Faktor genetik;
2.      Virus;
3.      Auto antibody;
4.      Malnutrisi.

Genetik
Dari sebuah penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut :
(1) Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%, saudara kandung 10,1%;
anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
(2) Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%.

Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal. Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut epigenetik faktor.

Skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :
(a) Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat menganggu perkembangan otak janin;
(b) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan;
(c) Komplikasi kandungan; dan
(d) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.

Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.

Penyebab Umum Gangguan jiwa

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psikis. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, usia dan Jenis Kelamin, keadaan fisik, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia, dan sebagainya.

Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di fisik (somatogenik), dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun di psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan fisik ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan fisiknya mengalami penurunan sehingga mengalami penyakit fisik.

Sebaliknya seorang dengan penyakit fisik misalkan kanker yang melemahkan, maka secara psikologisnya juga akan menurun sehingga kemungkinan mengalami depresi. Penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain adalah seorang anak yang mengalami gangguan otak (karena kelahiran, peradangan dan sebagainya) kemudian menjadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi. Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :

1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
  • Neuroanatomi
  • Neurofisiologi
  • neurokimia
  • tingkat kematangan dan perkembangan organik
  • faktor-faktor pre dan peri - natal
2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :
  • Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan)
  • Peranan ayah
  • Persaingan antara saudara kandung
  • inteligensi
  • hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
  • kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
  • Konsep diri : pengertian identitas diri sendiri versus peran yang tidak menentu
  • Keterampilan, bakat dan kreativitas
  • Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
  • Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
  • Kestabilan keluarga
  • Pola mengasuh anak
  • Tingkat ekonomi
  • Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
  • Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
  • Pengaruh rasial dan keagamaan
  • Nilai-nilai
Klasifikasi Gangguan Kejiwaan
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyusun klasifikasi gangguan kejiwaan  sebagai berikut:
·         Gangguan psikomatik (contoh: halusinasi)
·         Gangguan cemas (contoh: panik, fobia)
·         Gangguan mood (contoh: depresi)
·         Gangguan amnestic (contoh: amnesia)
·         Gangguan dissosiatif (contoh: kepribadian ganda)
·         Gangguan somatisasi
·         Gangguan tidur (contoh: insomnia, mimpi buruk)
·         Gangguan makan (contoh: obesitas, anorexia, bulimia)
·         Gangguan seksual
·         Gangguan impuls (contoh: kleptomania)
·         Gangguan kepribadian
·         Gangguan ketergantungan zat (contoh: ketagihan alkohol, ketagihan obat-obatan)
·         Gangguan factitious
·         Gangguan penyesuaian diri
Dengan meningkatkan kecerdasan emosi, diharapkan manusia mampu mencegah, menghindari atau meminimalkan dari jenis-jenis gangguan kejiwaan tersebut sehingga mampu menjalani kehidupan dengan baik dan mampu mengambil pilihan-pilihan hidup yang bijaksana.
Cara Pencegahan dan Pengobatan Gangguan Jiwa 
Meski bukan penyebab utama kematian, menurut Dr. Vijay Chandra, Health and Behaviour Advisor dari WHO Wilayah Asia Tenggara (WHOSEARO), gangguanjiwa merupakan penyebab utama disabilitas (ketidakmampuan, cacat) padakelompok usia paling produktif yakni antara 15- 44 tahun. 
Apa saja yang perlu dilakukan dan cara mencegah serta mengobati gangguan jiwa?
Keluarga mana pun tak tega sanak saudaranya menderita gangguan jiwa. Dimana dampak sosialnya sangat serius berupa penolakan, pengucilan dandiskriminasi. Begitu pula dampak ekonomi yang ditimbulkan berupa hilangnyahari produktif untuk mencari nafkah bagi penderita maupun keluarga yang harusmerawat serta tingginya biaya perawatan yang harus ditanggung keluargamaupun masyarakat. Oleh karena itu, memerlukan penanganan sedini mungkinagar gejala-gejala yang ditimbulkan tidak berkembang menjadi gangguan jiwayang kronis.
Penderita gangguan jiwa, baik skizofrenia maupun psikosis sebenarnya masihdapat ditolong. Syaratnya pengobatannya baik dan tidak terlambat. Kalau syaratitu dipenuhi 25 persen penderita skizofrenia bisa disembuhkan. Memang bukanberarti sembuh total, karena kepekaan untuk terganggu lagi pada penderitaskizofrenia lebih besar daripada orang normal. Tetapi, gangguan psikosis yangdisebabkan oleh kelainan anatomi otak sembuh total karena sebagian besarbersifat sementara.
Gejala awal orang yang menderita psikosis sangat banyak wujudnya takmenyangkut kondisi fisik, bisa berupa perasaan curiga, depresi, cemas, suasanaperasaan yang mudah berubah, tegang, cepat tersinggung, atau marah tanpaalasan yang jelas.
Bisa juga gangguan kognitif seperti timbul pikiran aneh, merasa mengambang,sulit konsentrasi atau menurunnya daya ingat. Gangguan pola tidur, perubahannafsu makan, keluhan badan yang tidak jelas dasarnya, kehilangan tenaga ataudorongan kehendak antara lain gejala-gejala yang perlu diwaspadai.
Bila gejala itu sudah diidentifikasi, menurut Prof. Sasanto, salah satu titikpenting untuk memulai pengobatan adalah keberanian keluarga untuk menerimakenyataan. Mereka juga harus menyadari bahwa gangguan jiwa itu memerlukanpengobatan sehingga tidak perlu dihubungkan kepercayaan yang macammacam.Terapi bagi penderita gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat danrehabilitasi medik, namun diperlukan  peran keluarga dan masyarakatdibutuhkan guna resosialisasi dan pencegahan kekambuhan.
Psikofarmaka
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini  adalah denganmemberikan terapi obat-obatan  yang akan ditujukan pada gangguan fungsineuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapiobat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan bertahun.
Psikoterapi
adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikanterapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilairealitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi  inibermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkanuntuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidakmerasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Reeduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yangmaksudnya memperbaiki kesalahan  pendidikan di waktu lalu, psikoterapirekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telahmengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit,psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (dayapikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak,dsbnya.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yangterganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapikeluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya.
Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasidengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidaktergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderitaselama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsiobat psikofarmaka.
Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa.Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agamaberhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupakegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.
Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembalikekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga(institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam programrehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok,menjalankan  ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisikberupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam,rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasisebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat sipenderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat. 

Daftar Pustaka