Halo bagi para
sahabat Jawa dan Bali yang sedang melaksanakan PPKM Darurat. Tulisan kali ini
saya akan membagikan ulasan sebuah novel best seller internasional dari Jepang
yang berjudul Keajaiban Toko Kelontong Namiya.
Novel yang ditulis oleh Keigo Higashino, salah satu penulis paling
populer di Jepang.
Walau novel ini
adalah novel karya beliau yang say abaca tetapi baca di beberapa literatur, novel
ini berbeda dengan karya-karya Keigo Higashino sebelumnya yang kebanyakan
menulis novel genre horor-misteri, novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya ini
ternyata ditulis dengan genre fantasi. Lalu, seperti apa kisah di dalam novel
ini, silahkan baca-baca review saya berikut ini.
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : KEAJAIBAN TOKO KELONTONG NAMIYA
(Judul asli : Namiya
Zakkaten No Kisek)
Penulis : Keigo Higashino
Alih Bahasa : Faira Ammadea
Tebal : 400 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2020
ISBN Digital : 978-602-064828-6
Baca melalui
aplikasi Gramedia Digital
BLURB
Ketika tiga pemuda
berandal bersembunyi di toko kelontong tak berpenghuni setelah melakukan
pencurian, sepucuk surat misterius mendadak diselipkan ke dalam toko melalui
lubang surat.
Surat yang berisi
permintaan saran. Sungguh aneh.
Namun, surat aneh
itu ternyata membawa mereka dalam petualangan melintasi waktu, menggantikan
peran kakek pemilik toko kelontong yang menghabiskan tahun-tahun terakhirnya
memberikan nasihat tulus kepada orang-orang yang meminta bantuan.
Hanya untuk satu malam.
Dan saat fajar
menjelang, hidup ketiga sahabat itu tidak akan pernah sama lagi.
ULASAN BUKU
Tiga orang pemuda
berandal: Shota, Kohei, dan Atsuya, bersembunyi di toko kelontong tak
berpenghuni setelah melakukan pencurian. Toko kelontong tersebut bernama Toko
Kelontong Namiya. Mereka masuk dari pintu belakang toko. Mereka bermaksud bersembunyi
di toko tersebut hingga fajar kemudian melarikan diri. Namun, saat sedang
duduk-duduk, ada orang menyelipkan sepucuk surat ke dalam toko melalui lubang
surat.
Malam itu, ketiga
pemuda membalas beberapa surat. Dari surat-surat tersebut mereka mengetahui
bahwa orang-orang yang mengirimnya adalah orang dari masa lalu. Dan kesemua
orang rupanya saling berkaitan. Surat-surat aneh tersebut membawa mereka dalam
petualangan melintasi waktu, menggantikan peran kakek pemilik toko kelontong
yang menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya untuk memberikan nasihat tulus
kepada orang-orang yang meminta bantuan.
Mulai dari masalah
gadis yang meminta saran untuk menggugurkan kandungan karena kasus hamil di
luar nikah dengan lelaki suami orang, juga kasus seorang atlet yang dilema
haruskah menjaga kekasihnya yang sakit atau melanjutkan mimpi untuk mengejar
kejuaraan olimpiade?
Ada juga seorang
pemusik yang dilema apakah harus mengejar passionnya di bidang musik atau
mewarisi toko ikan ayahnya? Ada juga kesedihan seorang anak sekolah yang harus
kabur dari rumah karena ayahnya terlilit hutang sangat banyak. Semua surat itu
datang dari masa lalu, karena suasana di toko kelontong itu antara dua dunia
masa lalu dan masa depan. Namun yang lebih menarik lagi, ada hubungan apa
antara rumah perlindungan Taman Marumitsu dan Toko Kelontong Namiya?
Hanya dalam satu
malam, hidup ketiga pemuda tersebut tidak akan pernah sama lagi.
CELOTEH TENTANG
BUKU
Konsep alur maju
mundur yang dihadirkan oleh penulis memaksa untuk terus berpikir dan
menghubungkan berbagai peristiwa di dalam cerita. Karena mengusung konsep
lintas waktu, novel ini menggunakan alur maju-mundur. Kadang konsep lintas
waktu berisiko untuk membuat pembaca tersesat di tengah-tengah. Bukan novel
yang bisa dibaca sehari dua hari, sempat terhenti beberapa hari untuk
menamatkan novel ini.
Dari sisi
karakter, sangat kuat. Membaca novel ini, saya merasa seolah-olah berhadapan
dengan karakter yang ada di dalamnya. Khususnya Kakek Namiya. Ketika Kakek
Namiya berbicara, saya benar-benar bisa merasakan bahwa ia adalah sosok yang
baik, bijak, dan murah senyum. Tipe-tipe Kakek idaman. Tapi, dia juga ngeyel
dan keras hati haha!
KUTIPAN NOVEL
“Setidaknya itu
lebih baik dibandingkan tidak membalas sama sekali. Kita sering dengar bahwa
sebenarnya orang-orang merasa bersyukur selama ada yang mau mendengarkan cerita
mereka. Dari isi suratnya, aku bisa tahu betapa menderitanya si Nona Kelinci
karena tidak bisa menceritakan masalahnya kepada orang lain. Meski tidak bisa
memberi saran yang bermanfaat, setidaknya kita bisa meulis bahwa kita memahami
perasaannya dan mendukungnya melakukan yang terbaik. Aku yakin perasaannya akan
sedikit lega.”
(Hal.27)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar