“Harta yang paling
berharga adalah keluarga,
Istana yang paling
indah adalah keluarga,
Puisi yang paling
bermakna adalah keluarga,
Mutiara tiada tara
adalah keluarga.”
Sinetron Indonesia
yang sudah tayang tiga musim dan cek beberapa artikel, katanya mencapai 412
episode itu tayang pertama dari tahun 1996, dan berakhir di 2005. Luar biasa,
sembilan tahun lamanya mengisi waktu kita dengan lagu pembuka yang sama, dilantunkan
selalu di awal dan di akhir cerita. Jadi, kita enggak perlu heran lagi, kenapa
‘Harta Berharga’ begitu legendaris dan seakan tak bisa tergantikan untuk lagu
bertema keluarga. Tetapi tidak semua tahu, bahwa sinetron tersebut merupakan
adaptasi dari sebuah karya novel, di tulisan kali ini, mau sedikit ajak
nostalgia dengan kisah keluarga cemara.
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : KELUARGA CEMARA 1
Penulis : Arswendo Atmowiloto
Cetakan kedua, Desember
2017
Tebal : 288 hlm
ISBN : 9789792292633
Baca melalui
aplikasi gramediadigital
BLURB
Kisah sebuah
keluarga yang memilih hidup dengan hanya bermodalkan kejujuran. Keluarga yang
amat sangat sederhana, terdiri atas Abah, kepala keluarga yang bekerja sebagai
penarik becak dan buruh apa saja ; Ema, sang ibu yang membuat opak untuk
dijajakan putrinya ; Euis, si sulung yang kelas enam SD, pernah mengalami masa
jaya orangtuanya sebagai pengusaha; Ara atau Cemara baru masuk TK; serta Agil
si bungsu
Kalau air
mata bisa menjadi simbol kebahagiaan,
inilah kisah itu.
Keluarga Cemara 1
ini merupakan kompilasi yang terdiri dari tiga judul: Keluarga Cemara, Musik
Musim Hujan dan Kupon Kemenangan
Biar bisa sedikit
membayangkan, ku uraikan saja subcerita dari
Keluarga Cemara 1 ini kompilasi cerita yang terdiri atas tiga judul:
Keluarga Cemara, Musik Musim Hujan, dan Kupon Kemenangan.
Keluarga Cemara
1. Hari
Pertama
2. Komidi
Putar
3. Uang
Sawer
4. Tante
Iyos
5. Jiwa
Berharga
6. Tak
Punya Bunga
7. Obat
Ompol
8. Ayam
dan Gigi
9. Dua
Kebaikan
10. Agil
Bisa Menyanyi
11. Dua
Kucing Kecil
12. Agil
Juga Ingin
13. Lomba
Kecantikan
14. Bukan
Hadiah Abah
Musik Musim Hujan
1. Peci
buat Abah
2. Keriting
Kenangan
3. Abah
Juga Sopir
4. Label
Nama
5. Kiriman
Tante Iyos
6. Abah
Bisa Salah
7. Mobil
Abah Tiga Buah
8. Agil
Naik Kereta Gantung
9. 1000
Batang Rokok buat Abah
10. Piala
Hell
11. Tangan
Abah Tangan Gajah
12. Musik
Musim Hujan
Kupon Kemenangan
1. Kupon
Kemenangan Euis
2. Abah
Juga Sekolah
3. Piano
Pressier
4. Euis
Sudah Dewasa
5. Dugaan
Ceuk Salamah
6. Agil
Ingin Nakal
7. Selamat
Datang, Pak Pendeta
8. Kakek
Acang yang Baik, Telah Pergi
9. Doa
Pipin
10. Mereka
Bahagia!
11. Abah
Melihat Cecak
12. Akuarium Air Laut
Keluarga Cemara
mengisahkan kehidupan sehari-hari Ara bersama Abah, Ema, dan kakaknya, Euis,
dan adiknya, Agil. Mereka keluarga sederhana yang awalnya sebenarnya hidup
mapan. Abah harus menjual rumah di Jakarta dan benda berharga lainnya kemudian
menetap di Tasikmalaya ketika orang yang dipercaya ternyata melakukan tindakan
ilegal sehingga ia harus bertanggung jawab.
Sosok Abah yang
santun dan bersahaja menjadi teladan bagi keluarganya. Walaupun hidup serba
kekurangan, namun Abah tetap memegang prinsip kejujuran dan selalu berkerja
keras. Emak adalah seorang ibu yang menjadi panutan bagi anak-anaknya agar
tetap patuh dan rukun serta mencintai keluarganya.
Euis, putri
pertama Abah, adalah anak pertama yang kuat, tegas, penuh semangat, dan
disiplin. Ia sangat menyayangi adik-adiknya, rela melakukan apapun untuk
adiknya. Cemara (Ara), anak kedua abah, adalah gadis yang lebih ceria dan
polos. Ara memiliki mimpi begitu tinggi dan semangat untuk hidup lebik baik.
Sifatnya selalu ceria dan pantang menyerah. Agil, putri abah paling kecil,
adalah sosok yang centil, usil, menggemaskan, dan selalu ceria layaknya
anak-anak kecil.
Kehidupan Abah dan
keluarganya di pelosok Tasikmalaya (Latar tempat pada novel adalah kota
tersebut) banyak menginspirasi pembacanya. Kejujuran, kerja keras, dan
keceriaan seakan-akan jadi penawar kesusahan, pada saat usaha Abah mengalami
kebangkrutan dan gulung tikar, mereka dalam menjalani hidup yang pas-pasan.
Siapa disini yang
tak kenal dengan istilah, “Keluarga Cemara”?????, banyak pula yang tidak tahu
bahwa kisah dalam sinetron maupun film adalah diangkat dari novel karya dari
Arswendo Atmowiloto. Pada saat kusampaikan cuplikan diatas tentu sudah
terbayang-bayang tokoh tersebut dengan tokoh pada sinetronnya, itupun yang
terjadi pada diriku pada saat membaca kisah ini,
Baca di beberapa
artikel dan literatur, kalau kisah keluarga cemara ini terinspirasi dari kisah
Little House on The Prairie. Sama-sama berlatar keluarga nasrani yang miskin,
jujur, dan baik hati. Ada banyak penyesuaian ketika sudah ditayangkan di
televisi, mengingat negara kita mayoritas beragama Islam. Secara umum kisah
dalam novel tidak beda jauh dengan sinetron, nilai moral pada novelnya tetap
sama baik kita baca maunpun menonton, yaitu
1. Bahagia dalam kesederhanaan
2. Pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup
3. Keluarga
bukan hanya tanggung jawab kepala keluarga saja
4. Lebih
bersyukur dengan keadaan yang ada
5. Pentingnya
sosok keluarga
Tak heran jika lirik pada lagu, baik sinetron maupun filmnya, menyebut keluarga sebagai harta yang paling berharga, istana yang paling indah, puisi yang paling bermakna, dan mutiara tiada tara. Walau diriku baru baca novelnya sekarang ini huhuhu, memang terlihat berbeda imajinasi secara untaian kalimat daripada visual.
Kutipan yang
paling disuka
“Seseorang kalau
ingin menang, harus banyak Latihan. Bagi calon pemenang, malas itu tidak ada.”
(hal.105)
“Siapa saja bisa
salah. Kecuali Tuhan. Abah juga bisa salah. Ema bisa. Kalian bisa. Tak apa
berbuat salah, asal memang tidak berniat jahat.”
(hal.160)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar