Minggu, 27 Juni 2021

NOSTALGIA BERSAMA NOVEL KELUARGA CEMARA 1

 

“Harta yang paling berharga adalah keluarga,

Istana yang paling indah adalah keluarga,

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga,

Mutiara tiada tara adalah keluarga.”

 

Sinetron Indonesia yang sudah tayang tiga musim dan cek beberapa artikel, katanya mencapai 412 episode itu tayang pertama dari tahun 1996, dan berakhir di 2005. Luar biasa, sembilan tahun lamanya mengisi waktu kita  dengan lagu pembuka yang sama, dilantunkan selalu di awal dan di akhir cerita. Jadi, kita enggak perlu heran lagi, kenapa ‘Harta Berharga’ begitu legendaris dan seakan tak bisa tergantikan untuk lagu bertema keluarga. Tetapi tidak semua tahu, bahwa sinetron tersebut merupakan adaptasi dari sebuah karya novel, di tulisan kali ini, mau sedikit ajak nostalgia dengan kisah keluarga cemara.

 

doc.pribadi


IDENTITAS BUKU

Judul Buku      : KELUARGA CEMARA 1

Penulis             : Arswendo Atmowiloto

Cetakan kedua, Desember 2017

Tebal               : 288 hlm

ISBN               : 9789792292633

Baca melalui aplikasi gramediadigital

 

BLURB

Kisah sebuah keluarga yang memilih hidup dengan hanya bermodalkan kejujuran. Keluarga yang amat sangat sederhana, terdiri atas Abah, kepala keluarga yang bekerja sebagai penarik becak dan buruh apa saja ; Ema, sang ibu yang membuat opak untuk dijajakan putrinya ; Euis, si sulung yang kelas enam SD, pernah mengalami masa jaya orangtuanya sebagai pengusaha; Ara atau Cemara baru masuk TK; serta Agil si bungsu

 

Kalau air mata  bisa menjadi simbol kebahagiaan, inilah kisah itu.

 

Keluarga Cemara 1 ini merupakan kompilasi yang terdiri dari tiga judul: Keluarga Cemara, Musik Musim Hujan dan Kupon Kemenangan

 

 

Biar bisa sedikit membayangkan, ku uraikan saja subcerita dari  Keluarga Cemara 1 ini kompilasi cerita yang terdiri atas tiga judul: Keluarga Cemara, Musik Musim Hujan, dan Kupon Kemenangan.

 

Keluarga Cemara

1. Hari Pertama

2. Komidi Putar

3. Uang Sawer

4. Tante Iyos

5.  Jiwa Berharga

6.  Tak Punya Bunga

7.  Obat Ompol

8.  Ayam dan Gigi

9.  Dua Kebaikan

10. Agil Bisa Menyanyi

11. Dua Kucing Kecil

12. Agil Juga Ingin

13. Lomba Kecantikan

14. Bukan Hadiah Abah

 

Musik Musim Hujan

1. Peci buat Abah

2. Keriting Kenangan

3. Abah Juga Sopir

4. Label Nama

5.  Kiriman Tante Iyos

6.  Abah Bisa Salah

7.  Mobil Abah Tiga Buah

8.  Agil Naik Kereta Gantung

9.  1000 Batang Rokok buat Abah

10. Piala Hell

11. Tangan Abah Tangan Gajah

12. Musik Musim Hujan

 

Kupon Kemenangan

1.  Kupon Kemenangan Euis

2.  Abah Juga Sekolah

3.  Piano Pressier

4.  Euis Sudah Dewasa

5.  Dugaan Ceuk Salamah

6.  Agil Ingin Nakal

7.  Selamat Datang, Pak Pendeta

8.  Kakek Acang yang Baik, Telah Pergi

9.  Doa Pipin

10. Mereka Bahagia!

11. Abah Melihat Cecak

12. Akuarium Air Laut


Keluarga Cemara mengisahkan kehidupan sehari-hari Ara bersama Abah, Ema, dan kakaknya, Euis, dan adiknya, Agil. Mereka keluarga sederhana yang awalnya sebenarnya hidup mapan. Abah harus menjual rumah di Jakarta dan benda berharga lainnya kemudian menetap di Tasikmalaya ketika orang yang dipercaya ternyata melakukan tindakan ilegal sehingga ia harus bertanggung jawab.

 

Sosok Abah yang santun dan bersahaja menjadi teladan bagi keluarganya. Walaupun hidup serba kekurangan, namun Abah tetap memegang prinsip kejujuran dan selalu berkerja keras. Emak adalah seorang ibu yang menjadi panutan bagi anak-anaknya agar tetap patuh dan rukun serta mencintai keluarganya.

 

Euis, putri pertama Abah, adalah anak pertama yang kuat, tegas, penuh semangat, dan disiplin. Ia sangat menyayangi adik-adiknya, rela melakukan apapun untuk adiknya. Cemara (Ara), anak kedua abah, adalah gadis yang lebih ceria dan polos. Ara memiliki mimpi begitu tinggi dan semangat untuk hidup lebik baik. Sifatnya selalu ceria dan pantang menyerah. Agil, putri abah paling kecil, adalah sosok yang centil, usil, menggemaskan, dan selalu ceria layaknya anak-anak kecil.

 

Kehidupan Abah dan keluarganya di pelosok Tasikmalaya (Latar tempat pada novel adalah kota tersebut) banyak menginspirasi pembacanya. Kejujuran, kerja keras, dan keceriaan seakan-akan jadi penawar kesusahan, pada saat usaha Abah mengalami kebangkrutan dan gulung tikar, mereka dalam menjalani hidup yang pas-pasan.

 

Siapa disini yang tak kenal dengan istilah, “Keluarga Cemara”?????, banyak pula yang tidak tahu bahwa kisah dalam sinetron maupun film adalah diangkat dari novel karya dari Arswendo Atmowiloto. Pada saat kusampaikan cuplikan diatas tentu sudah terbayang-bayang tokoh tersebut dengan tokoh pada sinetronnya, itupun yang terjadi pada diriku pada saat membaca kisah ini,

 

Baca di beberapa artikel dan literatur, kalau kisah keluarga cemara ini terinspirasi dari kisah Little House on The Prairie. Sama-sama berlatar keluarga nasrani yang miskin, jujur, dan baik hati. Ada banyak penyesuaian ketika sudah ditayangkan di televisi, mengingat negara kita mayoritas beragama Islam. Secara umum kisah dalam novel tidak beda jauh dengan sinetron, nilai moral pada novelnya tetap sama baik kita baca maunpun menonton, yaitu

1. Bahagia dalam kesederhanaan

2. Pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup

3. Keluarga bukan hanya tanggung jawab kepala keluarga saja

4. Lebih bersyukur dengan keadaan yang ada

5. Pentingnya sosok keluarga

 

Tak heran jika lirik pada lagu, baik sinetron maupun filmnya, menyebut keluarga sebagai harta yang paling berharga, istana yang paling indah, puisi yang paling bermakna, dan mutiara tiada tara. Walau diriku baru baca novelnya sekarang ini huhuhu, memang terlihat berbeda imajinasi secara untaian kalimat daripada visual.

 

Kutipan yang paling disuka

“Seseorang kalau ingin menang, harus banyak Latihan. Bagi calon pemenang, malas itu tidak ada.”

(hal.105)

 

“Siapa saja bisa salah. Kecuali Tuhan. Abah juga bisa salah. Ema bisa. Kalian bisa. Tak apa berbuat salah, asal memang tidak berniat jahat.”

(hal.160)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar