Minggu, 20 Juni 2021

REVIEW NOVEL TRANSIT KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA


IDENTITAS BUKU
Judul buku : TRANSIT Urban Stories 
Penulis : Seno Gumira Ajidarma 
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2019 
ISBN : 9786020622521 
Baca melalui aplikasi Gramedia Digital

BLURB
Dalam hidup yang singkat ini, sebaiknya berapa kali kita patah hati? Cinta, barangkali, memang bukan yang terpenting dalam sejarah manusia di muka bumi.

Kutelusuri huruf L dalam indeks buku Leon Trotsky yang sedang kubaca sambil minum kopi, The History of Russian Revolution, dan tidak kutemukan kata love. Bukankah cinta memang bukan bagian dari sejarah?

 

"Travelogue"

***

Bukan cuma soal patah hati dan cinta, buku ini mengisahkan juga tentang negeri nyiur melambai yang masih membiarkan kekerasan terjadi pada rakyatnya,
tentang manusia yang lebih menghargai anjing ketimbang sesamanya, tentang homo motorensis, dan cerita-cerita lainnya.

Transit, urban stories terbaru karya Seno Gumira Ajidarma, ditulis pada rentang waktu 2003-2019.


CELOTEH TENTANG BUKU
Transit Urban Stories sebagian besar berisi cerpen-cerpen bertema kota: perselingkuhan, melankoli, kerusuhan, horor, bahkan cerita dari sudut pandang anak-anak.

Beberapa judul dalam kumcer yang menarik perhatian salah satunya yang sesuai dengan judul bukunga yaitu Transit. Berkisah tentang tokoh utama yang sering selingkuh dan selalu melakukannya ketika transit. Kali ini ia harus mengahadapi suasana yang berbeda. Cerpen Transit dalam kumcer Transit Urban Stories ini lumayan khas temannya. Apakah memang gambaran dari kehidupan urban?

Paling berkesan berjudul GoKill. Cerita seorang pembunuh bayaran aplikasi GoKill. Ia menceritakan petualangannya dalam membunuh orang-orang, tentu atas suruhan orang-orang lainnya yang identitasnya sampai kapan pun akan dirahasiakan aplikasi GoKill. Lumayan bikin ga berhenti nafas, baca judul ini, Penulis seperti mendapatkan insipirasi dari aplikasi Gojek. Memang benar karena Gojek, Gofood, Goclean, disebut-sebut juga dalam cerpen itu.

Buku ini berisi 16 cerpen, yang kebanyakan sarat dengan sindiran dari penulis tentang kehidupan. Memotret segala fenomena yang terkadang terabaikan oleh banyak orang. Ia berusaha untuk tetap mengingatkan. Agar kita senantiasa terjaga sekaligus meninggalkan sindiran ke banyak orang kota besar dengan tabiatnya yang sangar, cinta yang penuh dengan perselingkuhan, kegaduhan peristiwa sosial, bayangan kelam. 

Semua cerita menyisakan relung panjang untuk merenung dan terperangah, bisa jadi itu terjadi disekitar kita, tetapi kita terlalu nyaman dengan lingkungan yang sedang kita jalani. Suka dengan kover kumcer yang menampilkan setengah wajah perempuan dan laki-laki. Namun mata keduanya ditutup lakban hitam.

KUTIPAN BUKU
“Semua orang hanya ingin tampak seperti terhormat, tetapi tidak paham dengan gagasan tentang kehormatan. Kehormatan bagi banyak orang hanyalah kehormatan seperti yang akan dilihat orang dan bukan kehormatan itu sendiri. Sejauh tidak diketahui orang, manusia melakukan segala sesuatu yang tidak terhormat sesering-seringnya dan sebanyak-banyaknya.”
(hal.20)


Minggu, 13 Juni 2021

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL SAAT INI

Saat ini sebagian besar warga pengguna media sosial tengah berada dalam masa yang cenderung anti komunikasi. Salah satunya dalam kasus penggunaan sosial media.

 

Tanggal 10 Juni diperingati sebagai Hari Media Sosial Nasional, sejak tahun 2015. Hari dimana bisa dijadikan sebagai waktu yang baik untuk intropeksi diri dan bijak menggunakan segala perkembangan teknologi media sosial.

 

sumber : https://www.instagram.com/gerakan_1week1book/

Trend yang tengah digandrungi oleh masyarakat saat ini ialah penumpahan amarah serta opini negatif yang begitu mudah disampaikan melalui sosial media dengan mengabaikan perasaan dan kenyamanan orang lain. Hal ini cukup menyimpang dari pengertian komunikasi sesungguhnya.

 

Orang-orang dengan mudahnya memojokkan serta memberikan penghakiman kepada orang lain tanpa memastikan kebenaran informasi tersebut.  Ini justru semakin memperkeruh suasana dan bukan hanya di dunia nyata yang memiliki kubu/geng tetapi di dunia online pun ada kubunya sendiri.

 

Padahal komunikasi itu sendiri bertujuan untuk memberikan energi, pencerahan serta pemupuk kebersamaan atas banyaknya keanekaragaman. Lalu apakah kita sudah paham akan tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan etika komunikasi atau belum.

 

Eksis demi aktualisasi diri di media sosial itu, hak setiap orang, tapi bijak dalam menggunakan media sosial tetap penting dipahami.


Minggu, 06 Juni 2021

REVIEW NOVEL RUANG INAP NO.6


 

Namanya Ivan Dmitrich Gromov, usia tiga puluhan tahun. Ivan menderita paranoia pengejaran. Ivan mulai menyendiri dan menghindari orang banyak. Ia takut dicelakakan. Belum pernah sebelumnya pikirannya demikian lentur dan kreatif mempengaruhi ingatannya. Perilaku serupa berulang terjadi ketika di kota orang sibuk membicarakan peristiwa pembunuhan seorang nenek dan anak laki-laki.


Belakangan, seorang dokter bernama Andrei Yefemich datang ke rumah sakit itu tetapi tidak bersungguh-sungguh mengubah keadaan di rumah sakit yang bobrok itu. Yefemich sendiri lebih tertarik pada pemikiran-pemikiran

Ruang Inap No. 6 // Anton Chekhov // Penerjemah: Koesalah Soebagyo Toer // Kepustakaan Populer Gramedia // 286 hlm // ISBN: 9789799100153

Melalui cerita pembuka ini, Anton Chekhov seakan membuka kunci-kunci rahasia mengenai manusia. Apa yang tampak di luar tidak selalu sama dengan yang di dalam. Yang tampak baik, belum tentu baik, demikian pula sebaliknya.

Tokoh Ivan Dmitrich Gromov dan cerita kegilaannya di atas adalah tokoh fiksi dalam novelet berjudul "Ruang Inap No.6" karya Anton Chekhov. Dan Ruang Inap No.6 adalah rumah sakit di mana Ivan Dmitrich dirawat secara kejiwaan.

Anton Chekhov mengajak para pembacanya masuk ke dunia yang penuh misteri di dalam diri manusia. Idealisme, pikiran-pikiran, kegelisahan, kekecewaan diceritakan dengan lebih serius, lebih mendalam. Salah satu cerita Ruang Inap No. 6 misalnya, pembaca akan diajak untuk mengenal suasana bangsal jiwa di sebuah rumah sakit yang bobrok, dengan pengelolaan yang bobrok pula.

Masih menganggap bahwa penulis favorit kita yang terbaik. Karya-karyanya adalah sebuah karya yang sangat hebat. Dan memandang bahwa penulis lain yang tak kamu sukai, karyanya biasa saja dan sering mengejek karya tersebut. Cobalah untuk lebih terbuka dan menganggap hebatnya sebuah buku hanya dari siapa pengarangnya bukan isinya. Hal tersebut adalah sikap yang nyatanya, book-shaming.