Minggu, 28 Februari 2021

CUPLIKAN CERITA TENTANG NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI

 

doc.pribadi

IDENTITAS BUKU

JUDUL BUKU               : Entrok

PENULIS                      : Okky Madasari

PENERBIT                    : PT Gramedia Pustaka Utama

TAHUN TERBIT           : April, 2010

JUMLAH HALAMAN    : 288 hlm ; 20 cm

ISBN                              : 978-979-22-5589

Baca melalui aplikasi Gramedia Digital

 

BLURB

Marni, perempuan Jawa buta huruf yang masih memuja leluhur. Melalui sesajen dia menemukan dewa-dewanya, memanjatkan harapannya. Tak pernah dia mengenal Tuhan yang datang dari negeri nun jauh di sana. Dengan caranya sendiri dia mempertahankan hidup. Menukar keringat dengan sepeser demi sepeser uang. Adakah yang salah selama dia tidak mencuri, menipu, atau membunuh?

 

Rahayu, anak Marni. Generasi baru yang dibentuk oleh sekolah dan berbagai kemudahan hidup. Pemeluk agama Tuhan yang taat. Penjunjung akal sehat. Berdiri tegak melawan leluhur, sekalipun ibu kandungnya sendiri.

 

Adakah yang salah jika mereka berbeda?

 

Marni dan Rahayu, dua orang yang terikat darah namun menjadi orang asing bagi satu sama lain selama bertahun-tahun. Bagi Marni, Rahayu adalah manusia tak punya jiwa. Bagi Rahayu, Marni adalah pendosa. Keduanya hidup dalam pemikiran masing-masing tanpa pernah ada titik temu.

 

Lalu bunyi sepatu-sepatu tinggi itu, yang senantiasa mengganggu dan merusak jiwa. Mereka menjadi penguasa masa, yang memainkan kuasa sesuai keinginan. Mengubah warna langit dan sawah menjadi merah, mengubah darah menjadi kuning. Senapan teracung di mana-mana.

 

Marni dan Rahayu, dua generasi yang tak pernah bisa mengerti, akhirnya menyadari ada satu titik singgung dalam hidup mereka. Keduanya sama-sama menjadi korban orang-orang yang punya kuasa, sama-sama melawan senjata. 

 

 

CELOTEHAN TENTANG NOVEL

Entrok. Secarik kain yang digunakan untuk menutup dada seorang perempuan. Di zaman sekarang ini, istilah bra atau beha lebih sering digunakan untuk menggantikan entrok. Pemilihan judul ini pun ternyata bukan hal yang sembarangan. Entrok sendiri menjadi salah satu elemen penting bagi kedua tokoh utama, yakni Marni dan Rahayu.

 

Entrok inI simbolik dari sebuah pembuka, jangan langsung berpikir bahwa buku ini kisah tentang perempuan tidak baik secara norma sosial. Buku ini tentang perjuangan dari dua tokoh utama, Marni dan anaknya Rahayu. Marni yang bermula ingin memiliki entrok, dia berjuang untuk mendapatkan entrok dengan mengumpulkan rupiah demi rupiah, mulai dari pengupas telo/singkong, jadi kuli, berdagang sampai akhirnya jadi rentenir.

 

Marni punya kepercayaan yang dibawa leluhurnya, Tuhan versi marni, Mbah Bumi Bapak Ibu. Berdoa setiap malam dibawah pohoh asem dan tak lupa bikin sesajen kala memohon sesuatu dan berterima kasih atas pengabulan doanya. Rahayu, tokoh dari masa yang sudah agak maju dan logis, tentu menentang keras bahwa kepercayaan ibunya itu salah, Rahayu hanya percaya pada Gusti Allah dan tegas menolak hal-hal yang berbau syirik.

 

Ketika Rahayu memutuskan untuk menikah dengan pria beristri dan pergi meninggalkan ibunya. Semenjak menikah hubungan anak dan ibu ini terputus. Perjalanan hidup dua wanita yang penuh perjuangan melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan, apakah benang merah ini akan menyatukan kembali hubungan ibu dan anak?

 

“Alam membuat teka-teki sekaligus menyediakan jawabannya. Manusai hanya mencari dan mencocokan. Yang susah dihadapi ketika teka-teki dibuat oleh manusia lain. Manusia yang punya kuasa atas manusia lainnya, manusia yang memegang senjata untuk menjaga kuasa yang dipegangnya. Teka-teki seperti itu tak pernah menyimpan jawaban. Ia hanya membawa kesusahan yang berujung pada penderitaan abadi.”

(hal.214)

 

Beberapa tema besar mewarnai novel ini, yaitu feminism, pluralisme, politik, profesi, kepercayaan serta agama. Walaupun banyak tema, namum semua menghasilkan kisah yang utuh dan mengalir.

 

Membaca novel ini, seolah diajak napak tilas dokumentar perjalanan waktu dari 1950-1990, khususnya ranah politik. Dua tokoh ini digambarkan bukan sebagai ‘hero’, seperti perempuan pada umumnya yang memiliki kebaikan dan keburukan. Saranku sebelum membaca novel ini, untuk berpikiran terbuka dan bijak dalam terhadap persoalan yang tersaji dalam novel ini.


Buku hasil baca bareng dengan dua rekanku secara tidak sengaja, yang sudah di posting di Instagram hari ini https://www.instagram.com/p/CL0R7YhFKe6/?utm_source=ig_web_copy_link

Baca juga review temanku lainnya di 

https://www.instagram.com/p/CL0RIx8gcxl/?utm_source=ig_web_copy_link

Dan 

https://www.instagram.com/p/CL0SBYfgGGd/?utm_source=ig_web_copy_link

Tidak ada komentar:

Posting Komentar