IDENTITAS BUKU
Judul Buku : CEWEK MATRE
Penulis : Alberthiene Endah
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ketujuh : Oktober 2016
Jumlah Halaman : 464 hlm
ISBN : 978 – 602 – 03 – 3515 – 5
Baca melalui aplikasi Gramedia Digital
“Kau boleh menghitung keuntungan materi dalam cinta. Tapi itu tak akan bisa menandingi kemurniaan cinta.”
BLURB
“Mana bisa hidup tenang di Jakarta? Coba lihat, di sebelah kiri kamu cewek pake tas Prada, di kanan pake terusan Gucci. Di belakang, cewek kecentilan pake kelom Dior! Jauh di depan mata, ada yang siap melototin kamu dari ujung rambut ke ujung kaki. Lalu matanya akan mengejek baegitu tahu yang nempel di tubuh kamu Cuma keluaran Mangga Dua.”
Lola humas di sebuah radio. Kantor yang membuatnya panas-dingin tiap hari, karena selalu berurusan dengan jetset-jetset Jakarta yang superglamor. Ia gadis yang cantik dan seksi. Mulanya ia tidak menyadari kelebihan itu. Tapi suatu hari ia sadar penampilannya bisa dituker dengan uang.
Bahagiakah dia, setelah menjadi Cewek Matre?
CUPLIKAN CERITA
Lola adalah humas di radio City Girls FM, hampir setiap hari mengeluhkan gaji sebulannya yang berjumlah empat juta perak ternyata tidak cukup untuk hidup di Jakarta ini. Saat gajian, Lola mulai menyusun anggaran yang sudah keluar. Tentunya belum juga sebulan, kantongnya sudah mengering.
Lola bersahabat baik dengan Palupi, Silvia dan Renata. Tiga gadis yang memiliki nasib yang serupa dengan Lola dari segi finansial. Setiap hari pandangan mereka selalu melirik iri pada rekan kerjanya, Arientha, Linda, Bianca dan Verena, yang selalu berpenampilan sophisticated dan dibalut pakaian serta aksesoris bermerek yang sesuai trend
Lalu timbullah niatan mereka untuk berusaha merubah nasib mereka dengan menggebet atau minimal bisa berteman dengan cowok-cowok kaya agar bisa ketiban rejeki ditraktir barang-barang branded. Di antara mereka berempat hanya Lola yang berhasil menggebet cowok mapan karena secara fisiknya yang memang cantik.
Merasa sudah nyaman dengan kondisi, Lola jadi lupa diri. Bermandi uang, baju-baju mahal, tas dan sepatu branded, Lola jadi keenakan memanfaatkan kecantikan fisiknya untuk menggaet pria-pria kaya yang tergila-gila. Lalu masalah datang satu per satu dan mulai mengusik harga dirinya. Belum lagi gosip yang beredar di kantornya kalau dia menjadi simpanan om-om. Lola terusik, tapi membayangkan dirinya kembali miskin tidak meruntuhkan naluri matre dalam dirinya.
Sampai dia bertemu Clift. Seorang fotografer yang memotret karyawan City Girls FM saat membuat Company Profile. Lola jatuh cinta, dan cintanya terbalas. Untuk pertama kalinya Lola melihat seorang pria tanpa memikirkan kemapanan finansial pria tersebut. Lantas berhentikah Lola menjadi cewek matre dan siap meninggalkan kehidupan glamor yang sudah menjadi bagian hidupnya selama satu tahun terakhir?
CELOTEH TENTANG NOVEL
Novel ini awal terbit di tahun 2004, dan bukan nomimal kecil untuk nilai uang sejumlah empat juta rupiah di tahun itu. Dengan catatan, kita bisa mengatur pengeluaran dengan baik. Bergaya sesuai isi kantong tepatnya. Siapa yang tidak ingin merasakan kehidupan glamor? Tapi kalau harus memilih jalan seperti Lola, sayang banget. Apalagi Lola digambarkan mempunyai paras cantik yang masih bisa digunakan dalam hal lain, selain menggaet laki-laki kaya dan mapan.
Cerita di novel ini selain mengungkapkan gaya hidup instan yang kebanyakan dipilih di jaman sekarang, juga secara tidak langsung mengajarkan kita untuk bersyukur. Kalau merasa hidup kita serba kekurangan, jangan melihat ke atas. Tapi lihatlah ke bawah. Lihat ke orang-orang yang susah payah bekerja tapi hanya bisa dapat uang yang hanya cukup untuk makan sehari saja. Kalau mata kita hanya tertuju ke atas saja, yah pastinya kita akan menjadi Lola-Lola yang berikutnya.
Untuk apa memedulikan pandangan atau omongan orang-orang yang mungkin hanya setahun atau beberapa bulan sekali baru ketemu, sementara di sisi kita ada keluarga yang hangat dan sahabat yang akan membuka lebar tangannya tanpa harus melihat merek mahal dan terkenal mana yang sedang menempel di tubuh kita.
Novel ini membuat kita tak perlu merasa kesindir, atau digurui, tapi ambil hikmahnya saja. Secara tidak langsung, kita jadi bisa tahu mana yang bisa menjadi sumber kebahagiaannya.
Novel ini realistis. Mengajak kita melihat benar – benar pada apa yang terjadi dan memang terjadi di sekeliling kita. Pada akhirnya buku ini mengajak kita untuk berpikir, sebegitu jauhkah seseorang harus melangkah demi mendapatkan pengakuan dari sekelilingnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar