Minggu, 13 Oktober 2019

REVIEW NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN

REVIEW NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN

PENGANTAR
Siapa sih yang nggak kenal dengan penulis berbakat Indonesia yang bernama asli Darwis ini? Hampir di semua novelnya tidak terdapat biografi beliau. Yap, Tere Liye sudah menghadirkan banyak karya-karya yang brilian yang menurut aku pribadi unik. Dengan tutur kata yang lain daripada yang lain, karya-karya penulis yang seharinya bekerja sebagai akuntan dan baru-baru ini memutuskan untuk menarik bukunya dari penerbit karena masalah pajak terhadap royalti penulis selalu mempunyai tempat di hati para penikmat buku fiksi. Bahkan bisa dibilang hampir keseluruhan novel Tere Liye sudah kubaca
Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin merupakan salah satu karya terbaik Tere Liye yang mana novel ini merupakan novel yang sangat digemari oleh pembaca dalam kesusasteraan Indonesia. memang novel dengan judul “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” ini telah terbit bertahun-tahu yang lalu, jauh sebelum karya Tere Liye di kenal orang danjuga digandrungi oleh banyak penggemar novel. Cetakan pertama novel ini di tahun 2010.
Dari beberapa novel karya Tere Liye yang bergenre romance-nya, judul ini satu ini merupakan judul novel yang berhasil menitikkan air mata bagi setiap orang yang membaca dan yang masih memiliki hati nurani.
Karena di dalam buku atau novel ini, kita akan dibawa pada keadaan yang benar-benar pelik, antara kenyataan yang menghimpit keluarga kecil nan sederhana. Disini banyak sekali potret yang berada di daerah pinggiran Ibu Kota Jakarta. Namun yang di sayangkan, Indonesia tidak hanya di Jakarta saja, teteapi setiap kota maupun desa pasti memiliki lakon yang mirip dengan apa yang sudah digambarkan oleh Tere Liye pada bukunya tersebut. Khas seorang Tere Liye yang mengangkat kehidupan sosial yang membangkitkan jiwa empati pembacanya.

Judul Buku : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020331607
Cover : Orkha Creative
Cetakan : XXX Februari 2019
Genre : Romance

BLURB
Daun yang jatuh tak pernah membenci angin …

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih saying, perhatian dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas, Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona atau entahlah. itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah mengganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah …. Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun … daun yang tidak pernah membenci angina meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.

SINOPSIS

Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini mengisahkan kehidupan kakak beradik yang bernama Tania dan Dede yang harus rela putus sekolah dan harus menjadi pengamen dikarenakan keterbatasan ekonomi keluarganya sepeninggal ayah mereka berdua.
Kemudian mereka berdua tinggal di rumah kardus bersama ibu mereka yang mana saat itu sedang sakit-sakitan. Kehidupan mereka benar-benar berubah setelah bertemu dengan seorang pria yang bernama Danar. Danar ini merupakan seorang karyawan yang juga sebagai penulis buku mengenai anak-anak.
Danar adalah orang yang baik sehingga keluarga kecil ini menganggapnya seperti malaikat. Tania benar-benar mengagumi Danar karena selain ia baik, dia juga mempunyai wajah yang menawan. Danar memberikan banyak jalan untuk perubahan pada keluarga mereka baik secara ekonomi dan Pendidikan.  Mereka semakin dekat seperti halnya keluarga. 
Suasana agak berubah saat Danar membawa teman dekatnya bernama Ratna. Tania pun merasa cemburu. Rasa tidak suka itu pun bukan saja sekedar perasaan iri antara seorang adik tetapi Tania kecil ini belum bisa menerjemahkan arti dari perasaannya itu. Kebahagiaan keluarga kecil itu berkurang saat ibu Tania dan Dede meninggal.
Perasaannya terhadap Danar itu pun juga semakin jelas. Lambat laun Tania mengerti bahwa perasaan itu bernama cinta. Tetapi cinta Tania terhadap Danar bukanlah cinta yang mudah. Karena bertahun-tahun mereka telah bersama dalam status kakak adik, apalagi usia mereka terpaut 14 tahun.
Keadaan ini semakin rumit saat Danar memutuskan untuk menikahi Ratna yang merupakan teman dekatnya itu. Tania pun patah hati. Ia pun memutuskan untuk tidak hadir saat pernikahan antara danar dan ratna meski Danar dan Ratna telah membujuknya.
Beberapa waktu berselang, Tania tahu jika kehidupan rumah tangga antara Danar dan Ratna tidak harmoni. Ratna bercerita kepada Tania jika Danar telah banyak berubah. Danar menjadi orang yang pendiam dan seringkali tidak berada di rumah.
Disitu Ratna tahu jika ada sesuatu yang menghalangi mereka, ada sesosok di antara mereka tetapi ia tidak tahu siapakah bayangan itu. Dari cerita Dede sang adik akhirnya Tania tahu jika Danar juga memiliki perasaan yang sama dengan nya.
Danar menuliskan perasaannya itu di dalam novel yang berjudul “Cinta Pohon Linden” yang mana buku itu tidak pernah selesai ia tulis. Draft novel yang dimana tak sengaja ditemukan oleh Dede pada saat buka laptop danar. Perbedaan usia yang terpaut jauh itu membuat Danar merasa tidak pantas jika harus mencintai Tania. Karena tidak seharusnya jika ia harus mencintai gadis kecil seperti Tania.

Sebelum saya disini akan melakukan Review terhadap novel “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”, saya akan memaparkan dari unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel ini diantaranya sebagai berikut;



Unsur Intrinsik
a. Tema : Cinta Rahasia yang Menyakitkan
b. Gaya Bahasa:
Hiperbola : Demi untuk membaca e-mail yang berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan utnuk pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
Metafora : Bagian tajamnya menghadap ke atas, kemudian tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun aku tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
Personifikasi :Menuju ke tempat rumah kardus ini kami dulu berdiri kokoh dihajar derasnya huja, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
Personifikasi :Hujan deras turun telah membungkus kota ini (Hal. 13)
c. Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
d. Tokoh dan Penokohan:
Tania:
Tekun (Banyak prestasi dan mendapat beasiswa sekolah di Singapura) bahkan pada saat sekolah ia lompat kelas dan paling pintar di kelasnya
Ramah (Disukai banyak orang) 
Konsisten (Hanya mencintai Danar, meski banyak juga lelaki yang mencintainya) sehingga ia dingin kepada semua laki-laki
Pantang menyerah (Menjalani kehidupan)
Dede:
Sering iseng
Pandai menyimpan rahasia
Polos
Tidak bisa jauh dari sosok ibu
Ibu:
Tekun serta tidak mengandalkan orang lain
Sabar (Sabar menjalani hidup)
Tahu diri dengan tidak memanfaatkan kebaikan orang lain
Danar :
Suka menolong (Menyewakan kontrakan)
Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya terhadap Tania)
Bertanggung jawab (Mengurusi Dede dan Tania, sepeninggal ibu mereka berdua)
Tidak jujur dengan perasaannya cintanya
Ratna:
Tidak suka berprasangka buruk
Tidak cemburuan
Sabar
e. Alur : Pada awal cerita mundur kemudian pada akhir cerita campuran
f. Latar :
Tempat : Rumah Tania, Asrama Tania di Singapura,Toko Buku
Waktu : Pagi, siang, sore dan malam
Suasana :Sedih, Hening, duka, senang, tegang, rindu
g. Amanat :
Ceritakanlah apa yang dirasakan hatimu meskupun itu susah dalam kenyataannya, tetap berusah untuk meyakinkan diri jika dengan menceritakan apa yang sedang kita rasakan akan melegakan serta menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam suatu perasaan.
h. Plot :
Perkenalan:
Saat Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Kemudian Danar mengenal Tania dan Dede, lebih dalam lagi, hingga Danar pun sering mengunjungi rumah Tania. Kemudian danar juga sering membantu perekonomian keluarga Tania.
Sampai pada akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah kembali. Tania juga mendapatkan beasiswa ke Singapura.

Pertikaian:
Saat Danar hendak menikah dengan Ratna teman dekatnya itu, Tania tidak mau datang ke pernikahan tersebut. Lalu Selama beberapa tahun Tania dan Danar sama sekali tidak berkomunikasi.
Klimaks:
Saat Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania dulu. Di situ mereka mengutarakan perasaan masing-masing yang sebenarnya.
Antiklimaks:
Saat Danar dan Tania mengetahui jika Ratna sudah hamil 4 bulan, kemudian pada akhirnya Tania menerima dengan keadaan tersebut, dan dia pun tidak akan kembali ke Indonesia dan akan tetap berada di Singapura, hal itu dilakukan agar perasaannya kepada Danar tidak kembali seperti kejadian saat di Indonesia.

Unsur Ekstrinsik
Nilai Sosial :
Menolong orang dengan ikhlas dan tidak memandang siapa yang di tolong seperti dalam novel bahwa tokoh Danar menolong Tania dengan tidak memandang Tania itu siapa.
Nilai Moral :
Memberi pengetahuan terhadap kita bahwasanya sesuatu yang terlihat sulit ternyata tidak sesulit apa yang kita lihat apabila kita melakukannya dengan bersungguh sungguh untuk mencapainya seperti dalam novel ini.
Tokoh Tania yang memiliki sifat pantang menyerah di dalam menjalani hidupnya meskipun banyak sekali rintangan yang menghalanginya.
Ia memegang janji apa yang ia katakan “Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku telah berjanji kepada Ibu untuk tidak menangis lagi. Bila menangis hanya di karenakan mengingat semua kenangan buruk itu.” (Hal. 31)

Setelah saya memaparkan unsur intrinsik dan ekstrinsik terhadap novel “Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” maka sudah bisa dilakukan penilaian yaitu mengenai kelemahan serta kelebihan pada novel karya Tere ini.
Kelemahan yang ada di dalam novel ini antara lain; menurut saya cerita novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini klise, sedikit mirip dengan kisah-kisah romance pada umumnya.
Novel Karya Tere Liye yang lainnya selalu membuat saya betah untuk membaca tanpa ada keinginan pun untuk melewati meng-skip masing-masing atas setiap bagian cerita. Tapi saat membaca novel ini, berkali-kali saya telah lewatkan bagian-bagian yang berasa membosankan.
Berbeda dengan karya yang lain, walaupun sederhana tetapi bisa terasa istimewa melalui penuturannya yang memang apa adanya. Tetapi tetap saja jika di dalam novel ini memberikan banyak pelajaran bagi para pembacanya.
Terutama adanya filosofi “daun yang jatuh tak pernah membenci angin”. Yang maksudnya adalah Apapun yang sedang/telah kita alami, jangan pernah kita untuk menyalahkan keadaan.
Kelemahan lain dari novel yang satu ini sepertinya Tere Liye tidak menggunakan Editor ataupun penyunting di dalam penerbitan novelnya, disini saya tidak melihat nama dari editor di halaman ISBNnya. Tetapi, semua itu tidak sedikitpun mengurangi makna dari ceritanya. 
Cover terbitan ini sudah ke versi baru yang dimana lebih minimalis dan sweet, walau untuk beberapa pembaca novel ini lebih senang dengan seri cover sebelumya

Pesan
Isi dari novel ini cukup untuk membuka mata kita jika cinta tak pernah mengenal usia serta cinta itu membutuhkan suatu kejujuran.
Novel ini juga menarik karena dibuat seperti teka-teki di dalam alur cerita serta pada nama tokohnya, sehingga akan membuat para pembacanya menjadi penasaran untuk terus membaca sampai selesai. Walaupun begitu, alur campuran digunakan terkadang cukup untuk membuat pembacanya menjadi cukup kesulitan.
Nah, bagian akhir cerita ini yang tidak digambarkan secara jelas yang membuat para pembacanya menafsirkan ending yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang mereka fikirkan masing-masing. Kelebihan dari novel ini tentunya sangat banyak. Tere Liye telah berhasil mengajak para pembaca untuk mempunyai logika dalam berpikir yang lebih rasional serta berbeda. Mengambil ia juga mampu kesimpulan tidak hanya dari satu sudut pandang, tetapi lihatlah atas sudut pandang lainnya. Jadi bagi pembaca yang mengikuti novel-novel Tere Liye pasti sudah paham gaya khas Tere Liye dalam membuat ending suka bikin gemas-gemas gimana gitu dengan endingnya.

Dengan adanya hal demikian, segalanya akan terasa adil serta masuk akal. Secara tidak langsung kamu akan menerima semuanya dengan lapang tanpa sedikitpun untuk membantah, seperti “daun yang tidak pernah membenci angin” yang telah menerbangkannya ke sana kemari.

Disini kita harus menerima sebuah takdir serta garis kehidupan yang telah ditentukan Tuhan. Karena apapun yang terjadi, hidup haruslah terus berjalan.
Bahasa yang digunakan di dalam novel ini sangat puitis, penggunaan bahasanya pun sangat tepat sehingga novel ini mampu menyentuh hati dan membuat imajinasi muncul saat membacanya. Meskipun demikian ada beberapa gaya bahasa yang sedikit sulit untuk dipahami bagi kaum awam.
Di dalam bahasa percakapan dalam novel ini bersifat narasi serta dialog, sehingga saat membacanya tidak terlalu memberikan efek jenuh atau kebosanan, malah disini kita di ajak untuk melihat hal sangat bervariatif, segar, dan menarik.

Akhirnya karya Tere Liye yang berjudul Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Anginini telah memberikan pemahaman kepada kita dan khususnya untuk para remaja, jika cinta itu tak pernah mengenal usia serta butuh sebuah kejujuran.
Kita tidak boleh untuk membenci terhadap orang yang sudah membuat kita jatuh cinta terhadpatnya. Semoga cepet nikah aja deh, nggak usah kelamaan.
Demikian tadi pembahasan kita mengenai Resensi dan Sinopsis Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Jika ada sesuatu yang ingin di tanyakan silahkan comment di form yang telah disediakan. Semoga bermanfaat, sekian dan terima kasih.


8 komentar:

  1. Balasan
    1. Setahu saya tulisan di belakang bukunya 🙏

      Hapus
    2. Blurb itu yang ada di cover belakang setiap buku

      Hapus
  2. Sebenernya keseluruhan bagus, tapi ada beberapa bagian yang menurut saya terlalu menggemaskan, saking gemasnya saya jadi agak malas-malasan baca bagian itu. Ada beberapa bagian jg yg msh blm bisa sy pahami krn latar waktu dan tahun yang terus berubah dengan cepat, misalnya baru saja maju ke dua tahun kemudian langsung dua tahun kemudian lagi, yg bikin sy lupa sudah brp umur tokoh-tokohnya.

    BalasHapus
  3. Editor penyuntingnya siapa ya kak?.

    BalasHapus
  4. Mantaaaaap, lengkap sangaddd review-nya..

    BalasHapus