Terdengar suara adzan subuh dari masjid
As Salam di belakang rumah, Nadine terbangun lalu mengusapkan kedua matanya sambal
menggeliat. Dilihatnya Mutia adiknya masih tidur pulas memeluk guling. Segera
ia bangkit, Nadine membuka jendela kamarnya, angin dingin yang sedikit lembab
menerpa wajahnya. “ Wuuff, dinginnya!”. Dilihatnya langit masih berwarna kelabu
tampak dua tiga bintang berkedip – kedip sudah mulai meredup sinarnya seolah
mengucapkan perpisahan kepada Nadine untuk bertemu kembali malam berikutnya. Di
sela daun pohon – pohon manga di halaman masjid yang rimbun terdengar cicit
burung.
Sumber : blank-123.blogspot.com
Sambil memandang di balik jendela
ingatan Nadine jadi menerawang pada peristiwa dua tahun yang lalu. Saat itu
ayah mengajaknya bersama Mutia ke Bandung untuk menjemput Bunda yang sudah berakhir
menyelesaikan sidang tesis tinggal menunggu waktu wisuda. Waktu itu bulan
Oktober dimana Bandung dalam musim hujan yang bagi orang Jakarta udara di
Bandung masih sangat dingin berbanding
terbalik dengan udara Jakarta.
Mereka menginap di rumah
kontrakan yang ditempati Bundanya di daerah Setiabudi, pada hari kedua Nadine
masih mengantuk walau sudah pukul enam pagi, perbedaan cuaca membuat Nadine ingin
bermalas-malasan di balik selimut.
Nadine memaksakan diri untuk keluar dari selimut ketika mendengar suara gemerisik
di balik jendela kamarnya. Ada suara – suara aneh mengetuk – ngetuk kaca
jendela kamarnya, dengan penuh ingin tahu Nadine menyingkap tirai jendela.
Hampir saja dia berteriak keras karena sangat terkejut, tepat di depan
hidungnya ada dua ekor burung putih berparuh kuning bertengger di tepi jendela.
Untunglah jendela itu masih tertutup kaca, seperti juga Nadine dua ekor burung
itu pun terkejut dan terbang, tetapi mereka segera hinggap lagi di ranting
pohon yang ujungnya berjuntai mengenai kaca jendela. Mereka mematuk – matuk benda
berbentuk bulat sebesar kepalan tangan, benda itu bergantung di ranting pohon
dan ketika Nadine memperhatikan lebih teliti ternyata benda bulat itu adalah
biji-bijian yang sengaja digantung dengan tali di dahan itu.
Nadine membuka kaca jendela, ia
menjulurkan kepalanya keluar tampak pohon-pohon lain juga ramai dihinggapi burung-burung.
Hewan – hewan itu sibuk mematuki biji- bijian yang tergantung di beberapa
dahannya. “Selamat pagi!” suara berta seorang laki-laki separuh baya menyapanya
dari balik pohon. Laki-laki itu adalah Pak Budi, petugas kebersihan dan
keamanan untuk wilayah Bundanya mengontrak. Nadine hanya tersenyum binggung mau
membalas apa sapaan bapak tersebut. Lalu Pak Budi melanjutkan hobinya untuk
menggantungkan bulatan biji – bijian seperti yang telah dilihatnya tadi,
sementara itu burung – burung semakin riang bermain diantara daun-daun pohon
sekeliling rumah kontrakan. Mereka tampak jinak meski kalau didekati menjauh.
Alangkah senangnya burung –
burung itu mereka mencari makan tanpa ada yang mengganggu, bahkan makanannya
pun sudah disediakan tanpa perlu menjadi peliharaan dan terkurung dalam
sangkar. Alam jadi terasa indah ditimpa suara burung yang sungguh menyejukan
hati. Di Jakarta Nadine hanya bisa mendengar suara bermacam – macam burung di
Taman Burung TMII atau di Kebun Binatang, tetapi tidak bisa memandangi di balik
jendela kamarnya.
Tiba - tiba Nadine tersadar dari
lamunannya ketika dua ekor burung gereja terbang melintas di atas kepalanya
lalu hingga di tali jemuran. Seketika hati Nadine melonjak kegirangan dan buru –
buru ia keluar kamar hingga hampir menabrak Mutia adiknya yang baru saja
bangun. “ Mutia cepat ambil beras
segenggam lalu kita sebar di halaman supaya burung – burung itu dating kemari!”
katanya pada Mutia.
Mutia segera ke dapur, ia
mengambil segenggam beras dari tempat biasa Bunda menyimpan beras. Nadine dan
Mutia menebarkan beras itu dibawah tempat jemuran, sayangnya burung – burung tersebut
bukannya mendekat malah terbang menjauh, Nadine ingin membuat suasana seperti
ketika ia berada di Bandung. Kelak kalau pohon srikaya yang ada di pojok
halaman itu tumbuh besar, dahannya ingin ia gantungi keranjang plastic kecil
lalu ia akan isi biji – bijian.
Om Tomi dari Semarang berjanji
akan memberi Nadine burung parkit dan kutilang, Nadine berencana meminta Pak
Udin tukang kayu untuk membuatkan rumah-rumahan kecil lengkap dengan pintu dan
jendela kecil bukan sangkar. Agar burung – burung itu bisa bebas keluar masuk
rumah kecilnya dan hinggap di dahan pohon srikaya lalu mematuki biji – bijian yang
disediakan. Bahkan burung lain yang biasanya hinggap pun bisa ikut memakan biji
– bijian itu, oh alangkah asiknya bila ia terbangun oleh suara burung dan dapat
menatap keriuhan mereka di balik jendela kamarnya anggan Nadine.
“Nadine, ayo cepat mandi lalu
minum susu. Sudah siang loh! Sebentar lagi mobil jemputan dating nanti kau bisa
terlambat sekolah!” seru Bunda membuyarkan lamunan Nadine. Nadine bergegas ke
kamar mandi sambal tersenyum, ia sudah tak sabar ingin menjalankan rencananya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar