IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Rumah
Lebah
Penulis : Ruwi Meita
Penerbit : Bhuana Ilmu
Populer
Penyunting : Aprilia
Wirahma
Desainer : Alif
Mustofa
Ilustrasi Sampul :
Ikbar Munandar (garisinau)
Tebal : 286 Halaman
ISBN : 978-623-216-484-0
2019
Genre : Psychology
thriller
Siapa disini yang
bacaan bukunya dominan thriller? suka/pernah baca buku thriller? Ini salah satu
buku dengan genre tersebut. Kalau lihat percakapan siang, ada beberapa yang
sudah baca bukunya, mau ulang lagi, disini siapa yang sudah baca buku Rumah
Lebah?
Ada yang versi
terbitan Gagas Media dan Bhuana Ilmu Populer, saya baca versi yang Bhuana Ilmu Populer
dengan cover terbarunya. Kalau dibaca blurbnya pun, antara versi Gagas Media
dan Bhuana Ilmu Populer sedikit berbeda, tapi isi tetap sama. Mari mulai dengan
saya sampaikan blurbnya, ya.
Blurb
Mala, gadis kecil
berusia enam tahun yang terobsesi dengan ensiklopedia. Dia hanya membaca buku
ensiklopedia dan selalu mengurutkan buku satu sampai buku terakhir dari sisi
kiri ke sisi kanan. Dia juga tertarik dengan beruang.
Di rumah, Mala hanya
tinggal bersama orangtuanya, tetapi dia selalu membicarakan enam orang asing
yang hidup bersama di dalam rumahnya. Dia selalu takut pada Satira, bersahabat
dekat dengan Wilis, berbicara dengan Tante Ana yang suka berdandan, belajar
Spanyol dengan Abuela, dan si Kembar yang hanya bisa mendengar, melihat dan
mencatat.
Siapakah sebenarnya
enam orang asing yang selalu dibicarakan Mala? Rahasia apakah yang dimiliki
oleh enam orang asing tersebut?
Tenang, jangan
berpikir ini buku horor banget, mari ikuti gambaran singkat tentang buku ini,
yaaa
Coretan cerita tentang
buku
“Jiwa
kita adalah rumah tanpa jendela dan pintu, anehnya kita pasti bisa keluar untuk
berlarian di padang rumput, membebaskan tubuh kita, dan menyanyikan lagu para
ilalang.”
(hal.18)
Jika hanya membaca judulnya saja orang tidak akan tahu
apa yang coba disampaikan penulis dalam novelnya Rumah Lebah Rahasia. Orang
akan berfikir "untuk apa menceritakan kehidupan lebah", “Oh, buku
anak tentang kehidupan lebah” atau asumsi lainnya. Penulis seolah menyajikan
cerita berbeda dari buku dengan genre yang sejenis. Novel Rumah Lebah, memberikan
hiburan unik yang berisi, menegangkan dan menimbulkan rasa penasaran yang
segar.
Kisah yang disajikan mampu menembus batas nalar,
tapi bukan sebuah kisah dongeng yang hanya berisi khayalan semata. Bahasa cerita
di sajikan dengan baik dan mudah dimengerti. Cerita dalam buku ini, dibangun
dengan mendeskripsikan alur-alur cerita dalam novel Rumah Lebah. Membuat akhir
cerita yang misterius dari kisah thriller yang dikembangkannya.
Karakter-karakter yang digambarkan sangat hidup. Penulis
mengajak kita berimajinasi mengungkap misteri-misteri yang terjadi dalam novel
Rumah Lebah Rahasia. Saya menyangka novel Rumah Lebah Rahasia adalah novel
terjemahan.
Rumah Lebah Rahasia bercerita tentang keluarga
kecil yang tinggal dengan latar tempat di daerah kecil di Ponorogo. Sebuah
rumah di sebuah bukit kecil menjadi saksi semua peristiwa-peristiwa misterius
yang terjadi dalam keluarga tersebut. Keluarga kecil ini memang hanya terdiri
dari Winaya (ayah), Nawai (ibu) dan seorang gadis kecil bernama Mala yang
memiliki dunianya sendiri tapi keluarga ini ternyata di kelilingi wajah-wajah
asing yang misterius.
Mala sang gadis kecil berteman akrab dengan
wajah-wajah asing tersebut. Mereka adalah Satira, Wilis, Tante Ana, Abuela dan
si Kembar yang hanya bisa mendengar, melihat dan mencatat. Wajah-wajah asing
ini mengajarkan Mala banyak hal, mereka teman yang paling baik, teman yang
pemalu, juga ada yang bebahaya.
Rumah mereka di perbukitan ternyata bertetangga
dengan vila milik seorang pengusaha bernama Rayhan. Ia dikenal sebagai
seseorang yang memuja kesempurnaan dan seringkali membawa perempuan yang
berbeda ke vilanya. Adalah Alegra, seorang artis ibu kota yang menjadi salah
satu perempuan yang berhubungan dengan Rayhan dan terpilih memerankan tokoh
utama dalam novel yang ditulis Winaya.
Masing-masing Wajah-wajah asing ini memiliki
rahasia, rahasia yang tidak boleh diketahui, rahasia-rahasia yang seharusnya
tidak boleh terungkap. Tapi berbahaya jika terus tersembunyi. Nawai, Sang ibu,
khawatir terhadap Mala yang berteman dengan sang wajah-wajah asing. Karena
khawatir dengan Mala, Nawai mulai berusaha mengungkap misteri di balik sang
wajah-wajah asing. Namun saat Nawai berusaha keras menemukannya Nawai justru
jatuh sakit.
Peristiwa-peristiwa pun mulai terjadi dan semakin
berkembang. Tidak hanya mengenai persahabatan sang wajah-wajah asing dengan
Mala. Tapi juga mengenai peristiwa pembunuhan yang tiba-tiba terjadi didekat
pondok rumah tinggal mereka. Yang mau tidak mau membuat keluarga kecil ini
turut terseret dalam berbagai kisah misteri tersebut.
Ketika seekor ratu lebah menetas dia akan menjerit
dengan lengkingan yang kuat. Siapapun lebah betina yang ikut menetas bersamanya
menjawab lengkingan itu maka dia telah berbuat kesalahan. Sama saja dia
memanggil kematiannya sendiri. Hanya boleh ada satu ekor ratu lebah dan sang
ratu akan membunuhi siapa pun saingannya.
Jalan cerita Rumah
Lebah ini awalnya memang sempat membuatku bingung (terutama penggunaan alur
maju mundur di awal). Bahkan sempat mengira kalau buku ini bergenre horor dan
bikin males baca pas malem-malem (asli imajinasi liar sekali kalau dibaca
malam). Namun seiring berjalannya cerita dan mulai paham alurnya, ceritanya
page turner banget!
Karakterisasi dan
penggambaran latar cerita begitu kuat dan misterius, plotnya pun rapi. Walaupun
sudah bisa menebak inti cerita di pertengahan buku, pelaku utamanya sendiri
benar-benar tidak terduga sampai segalanya terungkap.
Walaupun masih ada
konflik yang masih terasa menggantung dan belum benar-benar terselesaikan,
sepertinya penulis ingin membiarkan pembaca untuk mengimajinasikan sendiri
penyelesaiannya.
Secara keseluruhan,
bagi pecinta buku bergenre psycho thriller, cerita Rumah Lebah ini mengasyikkan
dan tidak boleh dilewatkan. Tiap lembar ceritanya bikin penasaran dan ingin
cepat-cepat diselesaikan.
“Tidak ada yang pernah
tahu kapan biji tanaman tumbuh karena dia selalu mengelabui. Jadi, saat mimpi
buruk bercerita tentang pembunuhan yang terjadi atas dirimu, anggaplah sebagai
gladi kotor kematianmu. Karena kematian memang selalu mengelabui dan datang tiba-tiba.
Bersiap-siaplah selalu….”
(hal.113)
Bagi yang ingin membaca tapi belum bisa beli buku fisiknya, bisa baca di aplikasi gramedia digital. Seperti diriku yang awalnya baca di aplikasi gramedia digital, eh malah tergoda untuk beli buku fisiknya 😆😆😆
Pernah disampaikan ulasanku di OWOB Bahas buku di WAG OWOB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar