Pengembangan
masyarakat di Indonesia bukan suatu hal yang baru. Sejak negara kita mencapai
kemerdekaan, istilah pembangunan mendapat tempat yang besar dalam pembentukn
negara bangsa. Pada saat dinamika pembangunan demikian rancak pada masa Orde
baru, pengembangan masyarakat mengambil posisi dan kontribusi penting. Meskipun
demikian, pemberdayaan masyarakat kurang mendapat perhatian karena kendali pembangunan
banyak berasal dari pemerintah melalui berbagai kebijakan dan program
pembangunan (top down). Setelah Orde
baru berakhir dan Era Reformasi dimulai, di mana kebebasan dan hak asasi
manusia (HAM) menjadi unsur primadona, setidaknya dalam wacana pembangunan,
tema – tema seperti pemberdayaan, penguatan kapasitas, kelembagaan lokal,
kearifan lokal, modal sosial dan inisiatif lokal terus bergema dan mewarnai
diskusi akademik mengenai pembangunan dan pengembangan masyarakat. Sebagai
seorang mahasiswa sebagian besar pasti sudah mengenal istilah Tri Darma
Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian. Dalam hal ini
saya akan coba mengulas poin pengabdian, dilihat dari peran mahasiswa sebagai agent of change terhadap permasalahan
pengembangan masyarakat yang lebih dikenal dengan istilah community
development.
Sosok mahasiswa yang
berjiwa intelektual tinggi sehingga membuat pemikirannya menjadi kritis dan
menuntut perubahan dalam berbagai bidang. Bila ide dan gagasannya tidak
diterima maka bukan hal yang aneh bila kita menyaksikan aksi demonstrasi yang
dilakukan mahasiswa. Hal tersebut yang terkadang oleh sebagian orang dinilai
sebagai penilaian negatif dari mahasiswa. Terkadang ada hal yang terlupakan
oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam hal program – program mahasiswa
seperti KKN (Kuliah, Kerja, Nyata), P2M (Pengabdian Pada masyarakat), Bakti
Sosial dan masih banyak lainnya dalam hal bidang sosial. Kegiatan – kegiatan
tersebut merupakan wujud kepedulian dan kontribusi nyata mahasiswa kepada masyarakat
golongan menengah ke bawah Ketika mahasiswa terjun ke lapangan, ditemui
permasalahan masyarakat lebih senang dengan kegiatan yang menghasilkan
keuntungan untuk dirinya sendiri ketimbang dengan kegiatan yang bersifat
sukarela. Hal tersebut tercermin ketika saya melakukan P2M di daerah Kab.
Subang, hari pertama melakukan identifikasi, masyarakat melihat mahasiswa
seperti mesin uang dan dewa penolong dalam meringkan kesulitan dalam bidang
ekonomi masyarakat. Mahasiswa hanyalah sebagai fasilitator dan penghubung bukan
sebagai dewa penolong seperti yang ditampilkan di reality show sebuah TV
swasta. Kemajuan dan perubahan yang terjadi di masyarakat akan terwujud apabila
adanya partisipasi masyarakat. Melihat permasalahan – permasalahan tersebut
yang menjadikan dorongan untuk saya membuat artikel dengan judul, “Pentingnya
Partisipasi Masyarakat dalam Mewujudkan Community Development Mahasiswa”.
Menurut
Adi Fahrudin dalam buku Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas
Masyarakat, ada kerancuan terminologi untuk merajuk pengembangan masyarakat
yang ditunjuk dari beberapa istilah yang ada, seperti community Work, Community Development, Community Organization,
Community Action, Community Practice dan Community Change yang mempunyai makna dan tujuan yang sama. Pendapat
dari Cook (1994) menyatakan pembangunan masyarakat merupakan konsep yang
berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan masyarakat menuju kearah
yang positif. Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat
merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu
menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam
memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam
jangka panjang. Intinya, pengembangan masyarakat merupakan
penggunaan berbagai pendekatan dan teknik dalam program tertentu di masyarakat
lokal sebagai kesatuan tindakan dan mengusahakan integrasi, diantaranya bantuan
yang berasal dari luar dengan keputusan dan upaya masyarakat yang terorganisir.
Untuk
itu , pengembangan masyarakat harus didasarkan pada asumsi, nilai dan prinsip –
prinsip agar dalam pelaksanaannya dapat memberdayakan masyarakat berdasarkan
inisiatif, kemampuan dan partisipasi mereka sendiri. Jelaslah bahwa partisipasi
masyarakat memainkan peranan penting dalam pengembangan masyarakat sebagaimana
ditunjukkan dari berbagai keberhasilan program pengembangan masyarakat
diberbagai negara. Untuk itu syaratnya partisipasi masyarakat akan terwujud
jika masyarakat secara sukarela berpartisipasi dengan cara masyarakat diberi
kebebasan untuk berpartisipasi, adanya kemampuan masyarakat berpartisipasi, dan
peluang serta kesempatan untuk berpartisipasi. Menurut Suhendar buku
Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat, ulasan mengenai
pentingnya partisipasi masyarakat memberi penekanan bahwa partisipasi
masyarakat dapat dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu konsultatif dan
kemitraan.
Dalam
partisipasi masyarakat dengan pola hubungan konsultatif, anggota masyarakat
berhak untuk didengar pendapatnya dan diberi tahu, tetapi keputusan terakhir
tetap berada di tangan pembuat keputusan (decision
maker). Untuk melaksanakan sebuah program tentu tidak serta merta langsung
melaksanakan program, tentu ada sebuah proses didalamnya. Hal pertama yang
dilakukan mahasiswa adalah melakukan proses identifikasi dalam hal mengetahui
kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. Kegiatan identifikasi tentulah mahasiswa
harus terjun langsung ke masyarakat, hal yang termudah adalah menghubungi pihak
pemerintah daerah tersebut untuk mendapat data dan potensi masyarakat dan
menghubungi tokoh masyarakat agar ketika melaksanakan door to door ke masyarakat dipermudah prosesnya. Setelah
melaksanakan kegiatan identifikasi diperolehlah hasil dalam bentuk data maupun
hasil pengamatan bahwa keinginan masyarakat tentulah tidak sedikit bahkan
terkadang tidak sesuai dengan potensi masyarakat di daerah tersebut. Disinilah
peran mahasiswa sebagai pengambil keputusan untuk eksekusi program dan membuatn
perencanaan program yang akan dilaksanakan untuk pembangunan masyarakat. Akan
tetapi yang menjadi catatan adalah program yang akan dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan dapat membangun daerah tersebut.
Di
dalam partisipasi masyarakat yang bersifat kemitraan, anggota masyarakat merupakan
mitra yang sejajar kedudukannya dengan pembuatan keputusan. Mereka secara
bersama – sama membahas masalah dan membahas keputusan. Ketika proses
identifikasi sudah dilaksanakan tentu langsung pelaksanaan program, posisi
masyarakat dan mahasiswa sejajar dimana saling berkerja sama untuk pelaksaan
program. Mahasiswa berperan sebagai fasilitator dari program yang dilaksanan
dan pendidik dari program yang bersifat pembelajaran, sementara masyarakat
sebagai partisipator dalam program yang dilaksanakan dan warga belajar terhadap
kegiatan yang bersifat pembelajaran.
Rumah Kreasi Bumi Siliwangi (RKBS)
adalah program kerja Kementrian Pengabdian Pada Masyarakat (KPPM) BEM REMA UPI
2011, yang pelaksanaanya sampai pada proses perencanaan dan kertas kerja, hal
tersebut yang mendorong saya untuk melaksanakan estafet pelaksana program yang
sudah direncanakan RKBS. Rumah Kreasi Bumi Siliwangi (RKBS) yang berbasis
kepada pendidikan life skill , Rumah
Kreasi Bumi Siliwangi (RKBS) diharapkan dapat menjadi salah satu wadah yang
bisa menjawab permasalahan pendidikan saat ini, yaitu memberikan pengajaran dan
pembekalan keterampilan bagi masyarakat usia sekolah (7-19 tahun) yang nantinya
dapat dikembangkan dan diberdayakan untuk
ranah wirausaha (entrepreneur) sehingga masyarakat usia sekolah (7-19
tahun) itu tidak hanya memiliki kemampuan secara kognisi akan tetapi juga
memiliki keterampilan dalam berbagai bidang.
Sasaran dalam program Rumah Kreasi
Bumi Siliwangi ini adalah anak-anak usia sekolah (7-19 tahun) yang berada di Cipaku
Indah II RT 1-7, Kelurahan Ledeng
Kecamatan Cidadap Setiabudi Bandung. Masyarakat daerah Cipaku Indah II terdiri
dari kurang lebih 200 keluarga, sebagian besar keluarga tersebut merupakan
masyarakat ekonomi lemah sehingga banyak anak-anak dan pemuda yang masih
membutuhkan suplemen tambahan selain materi yang mereka dapatkan di sekolah
bahkan ada yang putus sekolah karena
kekurangan biaya. Akan tetapi masyarakat daerah tersebut tidak mudah putus asa
akan masalah ini, masyarakat di daerah tersebut memilik potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan Selain itu,
penerimaaan masyarakat yang baik terhadap program-program pengembangan
masayarakat dapat menjadi bekal utama
dalam terlaksananya program ini.
Kemampuan dan kemauan dari
masyarakat Cipaku Indah II RT 1-7,
Kelurahan Ledeng Kecamatan Cidadap Setiabudi Bandung dalam hal
pengembangan kecakapan hidup (lifeskill) sudah cukup baik, namun masih
diperlukan adanya dorongan dan motivasi dari luar untuk dapat mengembangkan
potensi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat (terutama usia
produktif) yang sudah membuka peluang usaha dari lahan-lahan kosong yang tidak
terpakai, seperti membuka usaha cuci
motor dan usaha warung . Dengan adanya hal tersebut, program ini dapat
mengembangkan potensi yang telah dimiliki masyarakat agar potensi tersebut
berkembang dan mempeluas ranah kecakapan
hidup (lifeskill) yang masyarakat
miliki.
Tabel 1.
Analisis SWOT Kondisi Masyarakat
Analisis
|
Masyarakat
|
Strength
|
-
Keberagaman potensi
yang dapat dikembangkan di masyarakat
-
Menerima dengan baik
program pengembangan diri masyarakat
-
Semangat dan kemauan
yang tinggi dari masyarakat
|
Weakness
|
-
Masih bergantung
kepada dorongan dan support dari luar
-
Tidak ada inisiator
untuk bergerak
-
Penuh pertimbangan
terutama terkait jarak tempat pelaksanaan program
|
Challenge
|
-
Adanya pihak-pihak
yang memprovokasi masyarakat untuk tidak mengikuti program
-
Intervensi dari pihak
luar terkait program
-
Konsistensi dari masyarakat untuk mengikuti
program
-
Distribusi publikasi
program
|
Opportunity
|
-
Banyaknya lahan
wirausaha
-
Pengembangan
kemampuan lifeskill masyarakat
-
Fasilitasi
pengembangan masyarakat
-
Tenaga pengajar yang kompeten
|
Beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan lifeskill masyarakat adalah dengan memberikan pelatihan secara
tepat dan berkelanjutan serta adanya pengawasan dan bimbingan yang dilakukan
setelah pelatihan berlangsung agar proses pengembangan diri terus berjalan dan
memberikan hasil yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, upaya
lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan fasilitas yang dapat
menunjang proses pengembangan lifeskill masyarakat
seperti penyediaan buku sumber dan alat-alat pelatihan pengembangan lifeskill.
Mengacu
pada beberapa hal di atas, maka konstruksi sebuah rumah kreasi dicanangkan.
Persiapan kegiatan mencakup survei lokasi pelaksanaan dimana pemilihan lokasi
ini lebih ditekankan pada daerah dengan frekuensi anak-anak usia produktif
relatif banyak serta memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.
Selain itu, disiapkan juga kurikulum teknis untuk pembelajaran disana yang
mencakup 3 tingkatan yakni SD, SMP dan SMA . Tahap pelaksanaan dari kegiatan ini mencakup
pembelajaran serta follow up dari setiap
pematerian dan kesemuanya berkesesuaian dengan kurikulum yang telah disusun.
Adapun tenaga pengajar pada kegiatan ini adalah para mahasiswa dari semua
jurusan di Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki kompetensi dalam
mengajar dan mengembangkan kemampuan peserta
didik.
Pada
akhir kegiatan ini, diadakan evaluasi serta follow
up keseluruhan dari pematerian
pengembangan lifeskill untuk
setiap sasaran program serta pembinaan keirausahaan. Follow up yang diharapkan adalah berupa peningkatan kemampuan
softskill masyarakat yang sesuai dengan kurikulum yang telah disusun dan
usianya yang nantinya bermuara pada peningkatan kemampuan wirausaha .
Diharapkan setiap sasaran program dari tiap jenjang baik SD, SMP dan SMA
memiliki lifeskill serta nantinya
dapat mengembangkan masyarakat secara sosial, ekonomi - dalam hal ini
berwirausaha- dan budaya. Secara alur, tahapan program ini adalah sebagai
berikut :
1.
Perencanaan
program
2.
Pelaksanaan
program
3.
Evaluasi
4.
Perkembangan
kemampuan lifeskill masyarakat usia
produktif
5.
Keterampilan
berwirausaha
Bagan 1. Deskripsi
Pendampingan Program
(Berdasarkan Doc PKMM
RKBS)
Tabel 2.Program-program
Rumah Kreasi Bumi Siliwangi
(Berdasarkan Doc PKMM
RKBS dengan perubahan seperlunya)
Jenis Kegiatan
|
Deskripsi
|
Pelatihan Keterampilan
|
Pelatihan berbagai macam keterampilan yang
dibutuhkan oleh masyarakat usia produktif, sebagai contoh pelatihan pembuatan
yoghurt, pelatihan vertikultur dan sebagainya
|
Pengembangan jiwa Kewirausahaan
|
Kegiatan pematerian untuk memperluas wawasan
tentang dunia wirausaha berikut pelatihan keterampilan produk wirausaha
|
Fasilitasi buku
|
Penyediaan buku sebagai sumber bacaaan dan
referensi kegiatan
|
Motivasi Prestasi
|
Menumbuhkan motivasi untuk berprestasi secara
akademik (melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya)
|
Koperasi Siswa RKBS
|
Pembentukan badan usaha milik siswa RKBS sebagai
salah satu follow up dari program
rumah kreasi
|
Partisipasi
mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam pengembangan masyarakat. Karena
partisipasi mempunyai lebih banyak kelebihan dalam pengembangan masyarakat, partisipasi
masyarakat perlu terus dikembangkan.
Referensi
Fahrudin, Adi .(2011). Pemberdayaan
Partisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat. Bandung : Humaniora
Rizki, Tri.(2011). RKBS. dalam PKMM 2011. Bandung : Untuk
kalangan sendiri
“Artikel ini saya
dedikasikan khusus untuk rekan – rekan seperjuangan pada saat mengabdi dan
berkarya di Kementrian Pengabdian Pada Masyarakat BEM REMA UPI 2011 untuk melanjutkan
estafet perjuangan membangun masyarakat.”
Disusun
oleh :
Simiati Nurwakhidin
0906007
Pendidikan Luar Sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar