Minggu, 24 April 2011

KONSEP, TRANSMISI DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR


A.    KONSEP BUDAYA BELAJAR

1.      Pentingnya Budaya Belajar
Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkungannya serta menjadi kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Suparlan: 1980). Sistem pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni:
(1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia;
(2) syarat kejiwaan yaknipemenuhan  kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya;
(3) syarat dasar sosial, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan , dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangan musuh, dsb. (Suparlan, 1980; Bennet, 1976: 172).

2.      Sifat-sifat Budaya Belajar
Kebudayaan etnis di Indonesia jumlah tidak kurang dari 300 buah masing-masing melekat didalamnya terdapat budaya belajar. Masing-masing budaya atau budaya belajar memiliki ciri umum yang sama.
a.       Budaya Belajar Dimiliki Bersama
b.      Budaya Belajar cenderung Bertahan dan Berubah
c.       Fungsi Budaya Belajar untuk Pemenuhuan Kebutuhan Manusia
Kebudayaan diciptakan bersama dan dikebangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Ada tiga syarat dasar yang harud dipenuhi oleh manusia dengan budaya belajarnya, yakni:
  1. Syarat dasar alamiah
  2. Syarat kejiwaan atau psikologis
  3. Kebutuhan dasar sosial.


3.      Perwujudan Budaya Belajar
            Wujud budaya belajar dalamkehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama, perwujudan budaya belajar yangbersifat abstrak, dan kedua perwujudan budaya yang bersifat kongkrit. Perwujudan budaya belajar yang diperlihatkan secara kongkrit berupa (a) dalam prilaku belajar; (b) dalam ungkapan bahasa dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material.
4.      Subtansi Budaya Belajar
            Subtansi budaya belajar dapat dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni: (a) sistem pengetahuan budaya belajar; (b) sistem nilai budaya belajar dan sistem etos budaya belajar; (c) sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar. Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajar yang diperoleh dari penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni: (a) melalui serangkaian pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam lingkungan alam ataupun sosial; (b) melalui berbagai pengajaran yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah masyarakat, ataupun pendidikan di sekolah; (c) pengalaman juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.
5.      Bidang Materi Budaya Belajar
           Para ahli budaya sepakat untuk menetapkan bidang-bidang kehidupan manusia yang senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan di masyarakat manapun adanya, yakni:
a.       Materi belajar sistem kepercayaan religi
Materi pembelajaran ini dalam masyarakat Indonesia menjadi materi yang berkedudukan penting. Lima komponen yang dimasukkan dalam materi pembelajaran sistem kepercayaan dan religi, yakni:
1.      Emosi keagamaan
2.      Sistem keyakinan
3.      Sistem ritus dan upacara keagama
4.      Pelaksanaan ritus menggunakan
5.      Ummat beragama.
b.      Materi belajar sistem organisasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa hidup secara kelompok. Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih menguntungkan dibandingkan hidup menyendiri. Terdapat dua submateri yang disediakan bahan mengenai kehidupan sosial berikut organisasinya yakni (a) organisasi simbolik, yakni organisasi yang semata-mata terbentuk atas tingkah laku fisik yang bersifat otomatis, dan (b) organisasi sosial, yangterbentuk atas dasar komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.
c.       Materi belajar sistem mata pencaharian hidup
Adalah materi yang paling mendapat tekanan dari masyarakat manapun. Setiap kelompok masyarakat memiliki sistem ekonomi yang bersumber dari lingkungannya. Dalam pengkajian perekonomian setidaknya memerlukan tiga aspek, yakni: (a) ekonomi sektor prodeksi; (b) ekonomi sektor distribusi; (c) ekonomi sektor konsumsi. Dalam kaitannya dengan materi pembelajaran bidang ekonomi perlu memperhatikan jenis mata pencaharian yang dijadikan bidang kehidupannya.
d.      Materi belajar sistem peralatan dan teknologi
Adalah salah satu unsur kehidupan manusia yang berperan untuk mengembangkan suatu masyarakat. Teknologi dipandang sebagai ilmu tentang sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas kehidupan suatu masyarakat.
e.       Materi belajar sistem bahasa
Salah satu materi budaya belajar yang bersifat khas adalah bahasa. Materi budaya belajar ini mendapat perhatian yang besar oleh Antropologi mutakhir, mengingat bahasa dipandang menjadi pangkat terwujud suatu kebudayaan.
f.       Materi belajar sistem kesenian
Kesenian adalah unsur budaya yang berusia tua sebagai materi pembelajarannya, kesenian secara tak langsung maupun langsung dijalankan dengan dengan budaya belajar.
B.     Transmisi Budaya Belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetic atau herediter, melainkan melalui proses belajar oleh individu atau kelompok sosial di lingkungannya. Budasya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkunngan sosial. Sistem pengetahuan belajara digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk kebutuhan hidup, yakni: (1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia; (2) syarat kejiwaan yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya; (3) syarat dasarsosial, yakbni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangkai musuh dsb (suparlan, 1980;Bennet, 1976: 172).
1.      Kepribadian dan Budaya Belajar
Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya belajar berkait dengan aspek eksternal individu. Suatu pembahasan yang komprehensif yang menghubungkan antara aspek kepribadian dengan budaya belajar bilamana ditempatkan dalam konteks kepribadian publik, artinya suatu kepribadian yang secara umum dianut oleh masyarakat yang ada dalam suatulingkungan masyarakat. Landasannya adalah budaya belajar akan dapat diinternalisasikan dalam hidup masyarakat.
a)      Kepribadian yang Selaras
Kepribadian yang selaras disini adalah kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat yang bersangkutan.
b)      Kepribadian yang Menyimpang
Sementara itu terdapat pula teori yang menentang adanya kepribadian publik melalui sosialisasi, yakni psiko-analisis.
2.      Sarana Pewarisan Budaya Belajar
Usaha pewarisan bukan sekedar menyampaikan atau memberikan sseuatu yang material, melainkan yangterpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
3.      Lingkungan Pendidikan Keluarga
Kajian Antropologi pendidikan, lingkungan keluarga merupakan unit sosial yang paling kecil dan menjadi salah satu lingkungan yang mendapat perhatian penting dalam mengenali fenomena sosial yang berimplikasi kepada pengenalan sistem kekerabatan dan organisasi sosial serta sistem mata pencaharian hidupnya. Di dalam lingkungan keluarga terdapat fungsi utamakeluarga, yaitu:
  1. Fungsi seksual keluarga, malalui perkawinan
  2. Pusat perekonomian
  3. Fungsi edukasi
4.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat
J.P. Gilian mengartikan masyarakat    sebagai sekolompok manusia yang tersebar, yang mempunyai kebiasaan tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama. Masyarakat terdiri atas kesatuan-kesatuan yang paling kecil.
5.      Lingkungan Pendidikan Sekolah
Sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pendidikan di sekolah dalam krangka pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu berdasarkan rancangan adalah program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
6.      Lingkungan Pendidikan Media Massa
            Media massa adalah suatubagian dalam masyarakat yang  bertugas menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dsb. Sifat media massa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama.
C.    Proses Perubahan Budaya Belajar
Perubahan budaya merupakan sebuah keharusan yang prosesnya dapat secara langsung dan tidak langsung. Individu/kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya apabila didukung oleh faktor-faktor berikut:
  1. Adanya kesadaran dari para individu akanadanya kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianutnya.
  2. Adanya mutu dan keahlian para individu yangbersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru.
  3. Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya.
  4. Adanya suasana keritis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses perubagan budaya belajar, yakni:
1.      Faktor waktu dalamperubahan budaya belajar
2.      Faktor kontak budaya dalamperubahan budaya belajar
3.      Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar
4.      Akulturasi Budaya Belajar
Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain:
  1. Kontak budaya belajar bisa terjadi antar seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan hanya individu-individu dari dua masyarakat. Misalnya kontak budaya dalam bidang keagamaan.
  2. Kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara dua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Contohnya antara bangsa Indonesia dengan Malaysia yang kebanyakan penduduknya masih satu rumpun bangsa.
  3. kontak budaya belajar dapat timbul diantara masyarakat yang mempuyai kekuasaan baik dalam politik maupun ekonomi.
5.      Asimilasi Budaya Belajar
Asimilasi dapat dipandang sebagai proses sosial yang ditandai dengan makin bergantungnya perbedaan-perbedaan antar  individu dan antar kelompok serta dengan semakin eratnya persatuan dalam segi aktivitas. Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lamban bergantung pada beberpa faktor.
  1. Adanya toleransi yang memadai antar dua individu atau kelompok masyarakat memiliki perbedaan-perbedaan.
  2. Adanya faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar.
  3. adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya.
  4. adanya faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar.
6.      Inovasi Budaya Belajar
Persudi Suparlan (1987) menyatakan discoveri adalah suatu penemuan baru yang berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala/lebih. Sedangkan inventation adalah ciptaan baru yang berupa benda/pengetahuan yang diperoleh melalui proses pencintaan yang didasarkan atas pengkombinasian danpengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau lainnya.
Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki konfigurasi mental dalam budaya belajar akan berjalan melalui tiga tahap.
  1. tahap analisis: melakukan analisis terhadap konfigurasi baru yang dipandang dari konfigurasi yang sudah ada.
  2. tahap identifikasi: melakukan perbandingan-perbandingan, penilaian dan menemukan adanya kecocokan-kecocokan.
  3. tahap substitusi: menentukan untuk mengganti konfigurasi budaya belajar yang lama kedalam konfigurasi belajar yang baru.
Individu atau kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a)      Adanya kesadaran dari para Individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar selam ini dianutnya.
b)      Adanya muu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru
c)      Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya
d)     Adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Suatu pembaharuan budaya belajar akan diterima oleh suatu masyarakat pabila memenuhi syarat-syarat berikut.
1.      Masyarakat bersangkutan harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa budaya belajar yang saat ini berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan.
2.      Perubahan budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami dan dikuasai
oleh anggota masyarakat lainnya.
3.      penemuan budaya belajar harus bisa diajarkan pada masyarakat.
4.      penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan datang.
5.      perubahan tersebut tidak merusak prestise pribadi atau gologan.
7.      Difusi Budaya Belajar
Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari suatu budaya belajar individu ke individu lainnya atau intra-masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat lainnya atau difusi inter-masyarakat, nila suatu budaya belajar baru diterima oleh masyarakat karena bekesesuaian dengan sistem gagasan, kebiasaan serta emosi-emosinya maka budaya belajar akan menjadi gejala universal.
8.      Dampak Perubahan Budaya Belajar
Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-hari di lingkungan kta. Setiap individu atau kelompok masyarakat menginterpretasi semakin sulitnya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadikan individu atau kelompok sosial mengbah pola budaya belajar dalam kehidupannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar