Minggu, 21 Maret 2021

MENGENAL TRADISI DI MADURA MELALUI NOVEL DAMAR KAMBANG

doc.pribadi


Judul Buku                DAMAR KAMBANG 

Penulis                     Muna Masyari 

Penerbit                :    Kepustakaan Populer Gramedia 

Jumlah Halaman    :    212 halaman, Cetakan pertama, Desember 2020 

ISBN                     : 978-602-481-456-4 

Baca melalui aplikasi @gramediadigital


Novel ini mengisahkan betapa mudah nasib perempuan dipermainkan tradisi, tanpa perlu menimbang perasaan dan masa depannya. Cebbhing, gadis berusia 14 tahun yang harus gagal menikah dengan lelaki pujaannya lantaran keluarga calon suaminya tidak membawakannya rumah hantaran saat mokka’ blabar.

Keputusaan sang Ayah membawa persoalan panjang dan kerumitan hidup bagi Cebbhing. Rumah hantaran menjadi perkara pelik yang menentukan martabat dan harga diri keluarga.

Walaupun masih wilayah Madura, setiap daerah memiliki adat masing-masing. Ketidaktahuan yang tidak dikomunikasikan di awal. Dalam diamnya ketika harga dirinya terkocak hingga menyimpan kesumat dan mengirim pelet agar keluarga Cebbhing dapat ia permalukan

“Mereka akan merasakan ganjaran karena telah mempermalukan kita! Jika darah dibayar darah, nyawa dibayar nyawa, penghinaan juga harus dibayar penghinaan!”
(hal.57)

Damar Kambang menyuguhkan dengan lebih dari satu sudut pandang. Tradisi pernikahan Madura ditautkan dalam gelanggang karapan sapi, carok, liku kehidupan santri, sekaligus kekuatan mistis (santet). Karakter para tokohnya begitu kuat.

Mungkin beberapa istilah dalam bahasa maduranya dibuat footnote bukan glosarium, biar langsung dipahami, terutama seperti saya yang tidak mengerti bahasa Madura 😆, tapi tetap bisa diikuti alur ceritanya.

Pembaca seolah diajak untuk mengenal lebih jauh tentang berbagai tradisi masyarakat di Madura. Dalam novel tersebut satu tradisi yang diangkat sebagai topik utamanya ialah damar kambang sebagai ritual perkawinan.

Novel ini bukan hanya tentang keberagaman sosial budaya di Indonesia. Kehadiran buku ini memperkaya bacaan tentang isu-isu perempuan, persoalan domestik, bahwa perempuan adalah manusia, bukan barang yang bisa diatur, dinego seperti barang, dan berhak menentukan kebahagiaannya.

Sudah pernah di posting sebelumnya di instagram dengan perubahan yang diperlukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar