Senin, 15 Oktober 2018

ANGAN DI BALIK JENDELA



Terdengar suara adzan subuh dari masjid As Salam di belakang rumah, Nadine terbangun lalu mengusapkan kedua matanya sambal menggeliat. Dilihatnya Mutia adiknya masih tidur pulas memeluk guling. Segera ia bangkit, Nadine membuka jendela kamarnya, angin dingin yang sedikit lembab menerpa wajahnya. “ Wuuff, dinginnya!”. Dilihatnya langit masih berwarna kelabu tampak dua tiga bintang berkedip – kedip sudah mulai meredup sinarnya seolah mengucapkan perpisahan kepada Nadine untuk bertemu kembali malam berikutnya. Di sela daun pohon – pohon manga di halaman masjid yang rimbun terdengar cicit burung.
 
 
Related image 

Sambil memandang di balik jendela ingatan Nadine jadi menerawang pada peristiwa dua tahun yang lalu. Saat itu ayah mengajaknya bersama Mutia ke Bandung untuk menjemput Bunda yang sudah berakhir menyelesaikan sidang tesis tinggal menunggu waktu wisuda. Waktu itu bulan Oktober dimana Bandung dalam musim hujan yang bagi orang Jakarta udara di Bandung masih sangat dingin  berbanding terbalik dengan udara Jakarta.

Mereka menginap di rumah kontrakan yang ditempati Bundanya di daerah Setiabudi, pada hari kedua Nadine masih mengantuk walau sudah pukul enam pagi, perbedaan cuaca membuat Nadine ingin bermalas-malasan di balik selimut.  Nadine memaksakan diri untuk keluar dari selimut ketika mendengar suara gemerisik di balik jendela kamarnya. Ada suara – suara aneh mengetuk – ngetuk kaca jendela kamarnya, dengan penuh ingin tahu Nadine menyingkap tirai jendela. Hampir saja dia berteriak keras karena sangat terkejut, tepat di depan hidungnya ada dua ekor burung putih berparuh kuning bertengger di tepi jendela. Untunglah jendela itu masih tertutup kaca, seperti juga Nadine dua ekor burung itu pun terkejut dan terbang, tetapi mereka segera hinggap lagi di ranting pohon yang ujungnya berjuntai mengenai kaca jendela. Mereka mematuk – matuk benda berbentuk bulat sebesar kepalan tangan, benda itu bergantung di ranting pohon dan ketika Nadine memperhatikan lebih teliti ternyata benda bulat itu adalah biji-bijian yang sengaja digantung dengan tali di dahan itu. 

Nadine membuka kaca jendela, ia menjulurkan kepalanya keluar tampak pohon-pohon lain juga ramai dihinggapi burung-burung. Hewan – hewan itu sibuk mematuki biji- bijian yang tergantung di beberapa dahannya. “Selamat pagi!” suara berta seorang laki-laki separuh baya menyapanya dari balik pohon. Laki-laki itu adalah Pak Budi, petugas kebersihan dan keamanan untuk wilayah Bundanya mengontrak. Nadine hanya tersenyum binggung mau membalas apa sapaan bapak tersebut. Lalu Pak Budi melanjutkan hobinya untuk menggantungkan bulatan biji – bijian seperti yang telah dilihatnya tadi, sementara itu burung – burung semakin riang bermain diantara daun-daun pohon sekeliling rumah kontrakan. Mereka tampak jinak meski kalau didekati menjauh. 

Alangkah senangnya burung – burung itu mereka mencari makan tanpa ada yang mengganggu, bahkan makanannya pun sudah disediakan tanpa perlu menjadi peliharaan dan terkurung dalam sangkar. Alam jadi terasa indah ditimpa suara burung yang sungguh menyejukan hati. Di Jakarta Nadine hanya bisa mendengar suara bermacam – macam burung di Taman Burung TMII atau di Kebun Binatang, tetapi tidak bisa memandangi di balik jendela kamarnya. 

Tiba - tiba Nadine tersadar dari lamunannya ketika dua ekor burung gereja terbang melintas di atas kepalanya lalu hingga di tali jemuran. Seketika hati Nadine melonjak kegirangan dan buru – buru ia keluar kamar hingga hampir menabrak Mutia adiknya yang baru saja bangun.  “ Mutia cepat ambil beras segenggam lalu kita sebar di halaman supaya burung – burung itu dating kemari!” katanya pada Mutia. 

Mutia segera ke dapur, ia mengambil segenggam beras dari tempat biasa Bunda menyimpan beras. Nadine dan Mutia menebarkan beras itu dibawah tempat jemuran, sayangnya burung – burung tersebut bukannya mendekat malah terbang menjauh, Nadine ingin membuat suasana seperti ketika ia berada di Bandung. Kelak kalau pohon srikaya yang ada di pojok halaman itu tumbuh besar, dahannya ingin ia gantungi keranjang plastic kecil lalu ia akan isi biji – bijian. 

Om Tomi dari Semarang berjanji akan memberi Nadine burung parkit dan kutilang, Nadine berencana meminta Pak Udin tukang kayu untuk membuatkan rumah-rumahan kecil lengkap dengan pintu dan jendela kecil bukan sangkar. Agar burung – burung itu bisa bebas keluar masuk rumah kecilnya dan hinggap di dahan pohon srikaya lalu mematuki biji – bijian yang disediakan. Bahkan burung lain yang biasanya hinggap pun bisa ikut memakan biji – bijian itu, oh alangkah asiknya bila ia terbangun oleh suara burung dan dapat menatap keriuhan mereka di balik jendela kamarnya anggan Nadine.

“Nadine, ayo cepat mandi lalu minum susu. Sudah siang loh! Sebentar lagi mobil jemputan dating nanti kau bisa terlambat sekolah!” seru Bunda membuyarkan lamunan Nadine. Nadine bergegas ke kamar mandi sambal tersenyum, ia sudah tak sabar ingin menjalankan rencananya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar