Minggu, 25 September 2011

Kepemimpinan : Tinjauan Selintas


Kepemimpinan : Tinjauan Selintas
            Dalam suatu persekutuan masyarakat selalu terdapat unsur pimpinan dan masyarakat yang dipimpin. Mengapa hal itu terjadi ? Kalau kita pelajari dari kodrat manusia itu sendiri, melalui penelusuran dari berbagai pendapat yang berbeda-beda, satu pihak mengatakan bahwa manusia dilahirkan bagaikan kertas putih yang selanjutnya masyarakatlah yang mewarnainya. Teori ini dikenal dengan teori tabularasa.
            Prof. Dr. Mattulada dalam rangka menjelaskan tentang kepemimpinan masyarakat Makasar menjelaskan bahwa seseorang dapat terpilih atau terangkat sebagai pemimpin, kalau yang bersangkutan memiliki kelebihan-kelebihan, diantaranya :
1)      Kalabbirang, yaitu kemuliaan karena keturunan.
2)      Kacaraddekang, yaitu kepandaian orang-orang berilmu.
3)      Kabaraniang, yaitu keberanian atau kepahlawanan dan
4)      Kakalumannyangang, yaitu kehartawanan.
Uraian diatas menjawab persoalan mengapa terjadi kepemimpinan, atau tegasnya ada masyarakat yang dipimpin dan sekelompok lain yang memimpinnya.
David Krech dalam bukunya Theory and Problem of Social Psychology, yang dikutip oleh Surjono Sukanto mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah merupakan hasil dari organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika dari interaksi sosial. Sejak terbentuknya suatu kelompok sosial, seorang atau beberapa orang diantara warga-warganya peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang-orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula timbul kepemimpinan. Berbeda dengan David Krech, Dr. SP. Siagian MPA, mengemukakan bahwa terdapat tiga macam teori timbulnya pemimpin yang baik yaitu (1) Teori Genetis, ialah bahwa seseorang itu menjadi pemimpin yang baik, karena telah ditakdirkan oleh Tuhan dimana sejak ia dilahirkan telah mempunyai bakat-bakat kepemimpinan. (2) Teori Sosial ialah bahwa seseorang menjadi pemimpin karena mendapat pendidikan dan pengalaman tentang kepemimpinan. (3) Teori Ekologis, mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin yang baik, bila orang tersebut kebetulan telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan selanjutnya mendapatkan lingkungan yang menolong tumbuhnya bakat kepemimpinan itu. Teori yang terakhir merupakan perpaduan diantara kedua teori yang mendahuluinya. Masih dalam lingkup pembahasan tentang teori munculnya kepemimpinan, Ordways Tead dalam bukunya “The Art of Leadership” menjelaskan bahwa penyebab munculnya seseorang menjadi pemimpin ini ada tiga, yaitu :
1)      Karena membentuk sendiri.
2)      Dipilih karena golongan, yakni ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, kecakapannya, keberanian dan sebagainya terhadap organisasi.
3)      Karena ditunjuk dari atas.
Seperti David Krech melihat dari sudut kemampuan seseorang yang melebihi dari yang lain. Siagian menyoroti dari persyaratan yang harus dimiliki agar seseorang menjadi pemimpin yang baik, sedangkan Ordways Tead titik perhatiannya pada operasional pemunculannya seseorang ke tangga kepemimpinan. Adanya perbedaan tersebut disebabkan oleh luasnya lingkup dan bervariasi jenis kepemimpinan itu sendiri.
Unsur – unsur pokok dalam kepemimpinan menurut Kuntjaraningrat meliputi:
1)      Kekuasaan atau Power
Kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menyebabkan orang atau orang – orang tertentu melakukan apa yang dikehendakinya, karena mereka sadar bahwa kalau mereka tidak menaatinya, mereka akan mengalami akibat negative yang dapat ditimbulkan oleh pihak yang berkuasa
2)      Kewenangan atau authority
Suatu hak untuk mengambil suatu keputusan yang mengikat sekelompok orang berdasarkan suatu penerimaan atau pengesahan. Yang lebih dikenal sebagai kekuasaan yang telah dilembagakan.
3)      Popularitas
Kekuasaan dan kewenangan tanpa popularitas, ketaatan masyarakat yang dipimpinnya hanya akan terdorong oleh rasa takut atau karena secara otomatis orang memang harus takut kepada pemimpin yang telah mendapat wewenang secara resmi.

Sifat – sifat kepemimpinan menurut Koetjaraningrat adalah sebagai berikut:
1.      Sifat yang disenangi oleh warga masyarakat pada umumnya
2.      Sifat yang menjadi cita – cita dari banyak warga masyarakat dan yang karena itu suka ditiru
3.      Keahlian yang diperlukan dan diakui oleh warga masyarakat
4.      Pengesahan resmi atau legitimasi menurut prosedur yang telah ditetapkan oleh adat masyarakat yang bersangkutan
5.      Sifat kramat menurut pandangan umum masyarakat
6.      Lambang – lambang pimpinan resmi yang telah ditentukan oleh adat dalam masyarakat
7.      Kemampuan untuk mempergunakan kekuatan fisik yang nyata
Sifat – sifat pemimpin menurut Dr. W.A. Gerungan, yaitu:
1.      Penglihatan social
2.      Kemampuan berpikir abstrak
3.      Keseimbangan social
Masih dalam kaitannya dengan ciri – ciri yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin , Charles Hickman Titus, dalam bukunya  The Process of Leadership yang dikutip oleh Drs
Onong M. Effendy, MA berpendapat bahwa khususnya kepemimpinan politik harus memiliki sifat – sifat, yaitu: kapasitas, intelektual, rasa diri penting, vitalitas, latihan, pengalaman dan reputasi. Barangkali yang paling baik bagi seorang pemimpin adalah bila ia memiliki keseluruhan sifat – sifat positif tersebut bahkan sifat lain yang terpuji yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang dipimpinannya. Bila sifat tersebut telah melekat pada seorang pemimpin, maka tumbuhlah padanya kewibawaan yang diperlukan dalam satu kepemimpinan, Berdasarkan kewibawaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Kepemimpinan Autokratis, biasanya kewibawaan bersumber dari kharisma pemegang kepemimpinan. Dalam hal ini kepatuhan dan kesetiaan para pengikut atau bawahan timbul dari kepercayaan yang penuh kepada pemimpin yang dicintai, dihormati dan dikaguminya lantaran dianggap memiliki sifat keluarbiasaan.
Kepemimpinan Demokratis, kewibawaan sebenarnya lebih umum diperolah karena memiliki sifat – sifat yang dianggap oleh para pengikut atau masyarakat yang dipimpinnya tersebut sebagai sifat terpuji, disamping prestasi tinggi yang diwujudkan selama memegang kepemimpinan.

PLSBT


A.   Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) dan Tujuannya

Mata Kuliah Dasar Umum(MKDU) yang biasa disebut juga Mata Kuliah Umum merupakan sebutan untuk untuk koodinasi mata kuliah – mata kuliah yang diberikan secara umum untuk seluruh mahasiswa darisemua fakultas, semua jurusan dan semua program. MKDU mengkoordinasikan mata kuliah yang tidak hanya menekankan pada aspek kognitif dan keterampilan semata, melainkan lebih menekankan pada aspek konatif, bobot moral, mental, nilai serta makna yang menjadi karakter dasar kemanusiaan dengan menggunakan pendekatan multiaspek, multidimensional, multidisipliner atau interdisipliner.
Kelompok mata kuliah yang termasuk MKDU adalah Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan, PLSBT, Olah raga dan Kesenian. Secara khusus program MKDU terebut bertujuan menghasilkan warga Negara-sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut :
a.       Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.
b.      Berjiwa Pancasila, sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengalaman nilai-nilai Pancasila dan memiliki kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana Indonesia.
c.       Memiliki wawasan yang komperhensif dan pendekatan integral dalam menyikapi permasalahan kehidupan, bak sosial, ekonomi, politik, kebudayaan maupun pertahanan keamanan.
d.      Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitasnya maupun lingkungan alamiah dan secara bersama-sama berperan serta dalam pelestariannya.










B.   PLSBT sebagai MKDU

Pendidikan Lingkugan Sosial Budaya dan Teknologi sebagai mata kuliah MKDU bukan merupakan mata kuliah pendidikan akademik atau pendidikan keterampilan, melainkan sebagai Pendidikan Umum. Oleh karena itu dalam Strategi Belajar Mengajar dan Kegiatan Belajar Mengajar, tidak terlalu menekankan pada aspek kognitif-teoristik dan keterampilan motorik, melainkan lebih menekankan pada aspek aspek konatif, pembinaan moral-mental-nilai dan makna dari kajiannya.

C.   Pengertian PLSBT

1.      Pendidikan                        : Proses pendewasaan, pengembangan kepribadian.
2.      Lingkungan           : Aspek interaksi antara makhluk hidup, terutama manusia dengan lingkugannya, yang merupakan kajian ekologi, termasuk ke dalamnya kajian ekologi manusia.
3.      Sosial                     : Aspek interaksi sosial dan proses sosial yang merupakan kajian sosiologi, psikologi sosial dan bidang ilmu sosial lainnya.
4.      Budaya                  : Aspek budaya yang merupakan hasil ungkapan dan pengembangan akal budi manusia dengan prosesnya, yang merupakan kajian antropologi, khususnya antropologi budaya dan bidang humaniora.
5.      Teknologi              : Salah satu unsure budaya yang merupakan penerapan praktis ilmu pengetahuan yang membawa dampak kemajuan kesejahteraan (positif) dan ketimpangan (negative) dalam kehidupan manusia.










D.   Tujuan dan Tema-Tema yang Dikembangkan dalam PLSBT

Mata Kuliah Dasar Umum Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (MKDU PLSBT) bertujuan :
1.      Meningkatkan kesadaran diri selaku makhluk Tuhan dalam mendekatkan diri kepadaNya, melalui hubungan sesama manusia dan lingkungan alami.
2.      Meningkatkan kesadaran diri selaku makhluk sosial, budaya dan bagian yang terpisahkan dari alam sekitarnya.
3.      Meningkatkan kesadaran lingkungandalam mengembangkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang dengan lingkungan hidup
4.      Meningkatkan melek IPTEK dan menerapkannya secara selaras, serasi dan seimbang dengan lingkungan hidup, untuk mempertahankan kelestarian kehidupan umat manusia serta kehidupan pada umumnya.
5.      Meningkatkan kepekaan dan keterbukaan terhadap masalah – masalah lingkungan, sosial, budaya dan teknologi serta bertanggung jawab dalam memecahkan masalah tersebut.

Agar tercapainya tujuan, mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) meliputi materi-topik-topik / tema-tema inti sebagai berikut:
1.      Manusia sebagai Individu.
2.      Manusia dalam Kontek Sosial atau manusia sebagai makhluk sosial.
3.      Manusia dalam Kontek Budaya atau Manusia sebagai makhluk Budaya.
4.      Manusia dalam Kontek Alam atau manusia sebagai Bagian dari Alam.
5.      Manusia dalam Kontek Lingkungan.
6.      Sumber Daya Manusia (SDM).









E.   Ciri – Ciri PLSBT

Sesuai dengan Pengertian Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT) maka PLSBT memiliki ciri-ciri, yaitu adanya suatu proses pendewasaan dan pengembangan kepribadian yang dilatarbelakangi Kesadaran Lingkungan dan Sosial (hubungan sesama manusia dan alam), Pelestarian dan Pengembangan Budaya, dan Penigkatan Melek IPTEK. Ciri berikutnya PLSBT memiliki masalah yang meliputi permasalahan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi, dari masalah tersebut menghasilkan sebuah pemecahan masalah atau sebuah solusi.

F.    Latar belakang diajarkannya PLSBT

Yang melatarbelakangi lahirnya mata kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi adalah perlunya menggabungkan mata kuliah dari rumpun Ilmu-ilmu Sosial Dasar (ISD), Ilmu-ilmu Budaya Dasar (IBD) dan Ilmu Alamiah Dasar (IAD). Hal ini didorong paling tidak oleh tiga hal, yaitu :
1.      Persoalan-persoalan yang muncul dalam masyarakat disebabkan oleh banyak factor.
2.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang dari waktu ke watu semakin cepat, banyak dan terspesialisasi.
3.      Perkembangan masyarakat yang dari waktu ke waktu semakin kompleks, ruwet, rumit dan pelik. (Astim Riyanto)












G.  Masalah Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi

Masalah Lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan biofisik, masalah lingkungan yang terbaru saat ini yang mendominasi mencakup perubahan iklim, polusi dan hilangnya sumber daya alam.
Masalah Sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. (Soerjono Soekanto)
Masalah Budaya adalah melunturnya nilai-nilai budaya asli karena kurangnya filterisasi terhadap budaya asing yang masuk dan diadaptasi.
Masalah Teknologi adalah sebuah penyalahgunaan iptek yang lebih digunakan untuk melakukan hal-hal negative dibandingkan dengan hal positifnya.



H.  Metode dan Pendekatan Pemecahan Masalah (LSBT)

Metode

1.      Metode Riset merupakan suatu metode yang melalui pemeriksaan cermat dan lengkap dari berbagai aspek untuk memecahkan suatu masalah atau menemukan sebuah solusi.

2.      Metode Pemecahan Masalah merupakan suatu metode yang menawarkan dan menempuh tahapan tertentu dalam memecahkan masalah.

3.      Metode Inquiri merupakan suatu metode yang menekankan pada penyelidikan terhadap suatu masalah yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah secara ilmiah.





Pendekatan Pemecahan Masalah

1.      Pendekatan Monodisipliner merupakan pendekatan pemecahan masalah dengan suatu ilmu.
2.      Pendekatan Interdisipliner/Multidisipliner merupakan pendekatan pemecahan masalah yang menggunakan dua ilmu atau lebih secara umum atau arti luas. Berdasarkan karakteristiknya pendekatan ini dapat dibagi ke dalam 4 jenis pendekatan, yaitu :
  1. Pendekatan Interdisipliner ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu.
  2. Pendekatan Multidisipliner ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang relevan.
  3. Pendekatan Transdisipliner ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relative dikuasai dan relevan dengan masalah yang akan di pecahkan tetapi berada diluar keahlian sebagai hasil pendidikan formal dari orang yang memecahkan masalah tersebut.
  4. Pendekatan Krosdisipliner ialah pendekatan dalam suatu pemecahan masalah dengan menggunakan tinjauan dua atau lebih ilmu dalam dua atau lebih rumpun ilmu yang relevan.